Oleh karena itu, untuk menyelesaikan rendahnya harga LB ini, Kementan telah mengundang secara maraton para pelaku perunggasan, pakar, dan unsur pemerintahan terkait untuk membahas situasi dan solusinya.
"Ada disparitas harga yang sangat tinggi antara harga dari peternak dan harga di tingkat konsumen. Hal ini menandakan ada sesuatu yang salah, sehingga Kami minta Satgas Pangan melacak oknum yang bermain dalam situasi ini, dan kami minta beri sanksi yang seberat-beratnya," jelas Amran, dalam keterangan tertulis, Rabu (19/6/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat rapat koordinasi perunggasan di Ruang Rapat Utama I Ditjen PKH, Selasa (18/6/2019) itu, Amran meminta Satuan Tugas (Satgas) Pangan tambahan untuk dapat menelusuri pemicu rendahnya harga LB di farm gate yang masih jauh di bawah harga acuan, sehingga menimbulkan gejolak di peternak mandiri dan UMKM.
"Kita akan menambahkan anggota satgas pangan untuk mencari pihak-pihak yang bermain dalam situasi penurun harga LB karena telah meresahkan peternak," tambahnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 96 Tahun 2018, harga acuan Live Bird adalah Rp 18.000-20.000/kg. Namun di Jawa Tengah dan Jawa Timur, harga LB ada di kisaran Rp 8.000-10.000/kg. Sedangkan harga rataan daging ayam di konsumen mencapai Rp 35.000-40.000.
Lebih lanjut Amran menjelaskan harga ayam LB seharusnya stabil. Hal itu karena produksi perunggasan di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, sebagai contoh produksi daging ayam di Indonesia pada tahun 2018 adalah 3,6 juta ton, dan rata-rata meningkat 3,74% setiap tahunnya.
Adapun konsumsi daging ayam di Indonesia pada tahun 2018 adalah 3,1 juta ton, berarti masih ada surplus/cadangan sebesar 305.127 ton. Ini merupakan peluang untuk bisa ekspor ke luar negeri. Saat ini, Kementan telah mengekspor komoditas pertanian termasuk komoditas peternakan seperti daging ayam olahan ke beberapa negara.
Amran menambahkan, berdasarkan Perpres Nomor 45 Tahun 2015 Pasal 3 a dan b fungsi Kementan adalah perumusan, pelaksanaan, dan penetapan kebijakan di bidang penyediaan pra sarana dan sarana pertanian, peningkatan produksi padi, jagung, dan kedele, tebu, daging, dan pertanian lainnya, serta peningkatan nilai tambah, daya saing dan mutu, dan pemasaran.
"Namun terkait situasi rendahnya harga LB ini, Kementan ikut berkontribusi untuk mencari solusi terhadap permasalahan tersebut," tegasnya.
Amran berharap situasi perunggasan saat ini bisa secepatnya diselesaikan, Kementan kembali akan mengundang rapat koordinasi terkait unggas dengan menambahkan unsur KPK, Kejaksaan, Kepolisian, dan KPPU. Hal itu dilakukan untuk menemukan faktor penyebab rendahnya harga LB di tingkat peternak agar dapat ditindak secara tegas sesuai hukum yang berlaku.
"Kementan telah berhasil memberantas mafia beras, jagung, dan bawang, ke depan mafia ayam juga kita sikat dan berantas," tegas Amran.
Sementara itu perwakilan peternak ayam, Alvino menyambut baik dan mendukung rencana Menteri Pertanian untuk memberantas mafia ayam ini.
"Kami berharap menteri pertanian memberikan perlindungan agar peternak rakyat (mandiri dan UMKM) mendapat tempat yang luas dalam budidaya ayam ras," tuturnya.