Saat ini, komposisi Kabinet Kerja Jokowi antara lain memiliki 4 menteri koordinator, 34 menteri, 4 pejabat setingkat menteri, 3 kepala lembaga non-kementerian, dan seorang kepala staf kepresidenan. Selama memimpin di periode pertama, Jokowi sudah 4 kali merombak kabinetnya. Jokowi memastikan, menteri-menteri yang kini masih menjabat banyak yang dipertahankan.
Baca juga: Menakar 'Kegentingan' Reshuffle Kabinet Jokowi
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Merespons calon-calon menteri, pengusaha hingga ekonom memberi sejumlah catatan, sekaligus wanti-wanti, mulai dari kementerian yang perlu mendapat perhatian khusus hingga sosok yang layak mengemban tanggung jawab itu.
Nah, untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, simak berita selengkapnya di sini:
Pesan dari Pengusaha
Wakil Ketua Umum Kadin DKI Sarman Simanjorang/Foto: Femi Diah/detikSport
|
"Yang paling penting adalah Kemendag dan Kementan. Pertama harapan saya agar kedua kementerian ini jangan diisi oleh orang partai politik. Itu paling penting, supaya tidak ada kepentingan politik di sana," ujar Wakil Ketua Umum Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang kepada detikFinance, Jumat (12/7/2019).
Sarman mengatakan, kedua posisi menteri tersebut memang rawan untuk disusupi dengan kepentingan politik apabila diisi dengan anggota partai politik.
"Karena konon kita lihat kedua kementerian ini memang sangat rawan untuk disusupi oleh kepentingan politik. Sehingga apa yg terjadi? ya gejolak-gejolak yang seharusnya tidak terjadi, pasti terjadi," terang dia.
Ia mencontohkan kasus impor beras tahun lalu dimana ada konflik di pemerintahan, karena sebenarnya gudang Bulog yang dapat menampung beras tersebut pun sudah penuh. Sehingga ia menganggap ada keanehan dalam persoalan tersebut.
"Contoh seperti kemarin itu misalnya kok bisa mau impor beras di satu sisi gudang-gudang Bulog masih penuh. Itu kan aneh, masa sesama pemerintah mau ribut? Itu contoh-contoh yang sudah terjadi," jelas Sarman.
Sarman kembali menegaskan, pihaknya berharap sosok yang akan memimpin kedua kementerian tersebut tak diisi oleh orang yang memiliki kepentingan politik.
Seleksi Ketat Calon Mendag dan Mentan
Gedung Kementerian Pertanian/Foto: Muhammad Idris
|
"Yang paling penting adalah Kemendag dan Kementan," tutur Wakil Ketua Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang kepada detikFinance, Jumat (12/7/2019).
Sarman mengatakan, kedua kementerian tersebut tupoksinya (tugas pokok dan fungsi) sangat bersangkutan dengan kehidupan masyarakat. Pasalnya, penentu stabilisasi harga pangan pokok ada pada kedua kementerian tersebut.
"Karena ini menyangkut dengan stabilisasi harga pangan pokok, ini betul-betul harus ada sinergitas di antara kedua kementerian ini," ujar Sarman.
Ia mengatakan, apabila nantinya ada gejolak harga pangan di pasar, kedua kementerian ini tidak saling menyalahkan. Untuk itu diperlukan sinergi dan menghilangkan ego sektoral.
"Supaya kalau terjadi gejolak harga mereka tidak saling menyalahkan, artinya perlu transparansi data. Pokoknya harus yang menghilangkan namanya ego sektoral," jelas dia.
"Kita harapkan memang betul-betul diseleksi ketat, harus memiliki satu track record baik. Kemudian juga memiliki satu latar belakang ilmu yang mumpuni di bidangnya," tambahnya.
Mentan dan Mendag Jangan Diisi Orang Parpol
Mentan Amran Sulaiman dan Mendag Enggartiasto Lukita/Foto: Ari Saputra
|
"Yang paling penting adalah Kemendag dan Kementan. Pertama harapan saya agar kedua kementerian ini jangan diisi oleh orang partai politik. Itu paling penting, supaya tidak ada kepentingan politik di sana," ujar Wakil Ketua Umum Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang kepada detikFinance, Jumat (12/7/2019).
Sarman mengatakan, kedua posisi menteri tersebut memang rawan untuk disusupi dengan kepentingan politik apabila diisi dengan anggota partai politik.
"Karena konon kita lihat kedua kementerian ini memang sangat rawan untuk disusupi oleh kepentingan politik. Sehingga apa yg terjadi? ya gejolak-gejolak yang seharusnya tidak terjadi, pasti terjadi," terang dia.
Ia mencontohkan kasus impor beras tahun lalu dimana ada konflik di pemerintahan, karena sebenarnya gudang Bulog yang dapat menampung beras tersebut pun sudah penuh. Sehingga ia menganggap ada keanehan dalam persoalan tersebut.
"Contoh seperti kemarin itu misalnya kok bisa mau impor beras di satu sisi gudang-gudang Bulog masih penuh. Itu kan aneh, masa sesama pemerintah mau ribut? Itu contoh-contoh yang sudah terjadi," jelas Sarman.
Risiko Milenial Jadi Menteri
Wapres terpilih Kyai Ma'ruf Amin di depan Milenial/Foto: Ma'ruf Amin didukung milenial (Lisye-detikcom)
|
"Nah, anak-anak muda itu kan senang dengan risiko, senang dengan tantangan, tapi akibatnya nanti coba-coba, padahal sekali salah mencoba itu impact-nya gede banget di ekonomi," katanya kepada detikFinance, Jakarta, Jumat (12/7/2019).
Menurutnya, Jokowi pun tak akan mengambil risiko menempatkan anak-anak muda di kementerian ekonomi yang penuh risiko, seperti Kementerian Keuangan misalnya. Pasalnya itu bakal mempengaruhi kepercayaan pelaku usaha.
"Saya rasa nanti bisa heboh ya, terutama trust dari pasar juga kan. Nah itu saya nggak yakin kemudian itu akan baik-baik saja kalau diisi milenial, karena ada aspek pengalaman, itu penting di dalam menenangkan pasar," jelasnya.
Anak-anak muda ini mungkin bisa ditempatkan di lembaga-lembaga terkait ekonomi, misalnya Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) maupun Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Namun ada beberapa catatan yang dia berikan untuk kriteria anak muda yang sebaiknya dipilih Jokowi.
"Yang sifatnya kayak gitu mungkin saja bisa diisi anak-anak muda, misalnya anak muda pengusaha, dikenal di dunia internasional, jaringannya luas, itu mungkin saja ditempatkan di lembaga-lembaga tersebut," tambahnya.
Halaman 2 dari 5
Simak Video "Video: Jokowi Unggah Momen Silaturahmi dengan Dosen Pembimbingnya di UGM"
[Gambas:Video 20detik]