Itu disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam rapat Badan Anggaran (Banggar) di Gedung DPR RI, Jakarta.
"Kita lihat realisasi semester satu dari sisi asumsi makro growth (pertumbuhan) di 5,1. Ini masih estimate karena masih, BPS (Badan Pusat Statistik) baru akan mengeluarkan pada bulan Agustus," katanya Selasa (16/7/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari aktivitas ekonomi riil, dunia alami tekanan sejak eskalasi perang dagang. Dari pertumbuhan ekonomi dunia, banyak pertumbuhan negara besar di dunia melambat di triwulan satu," paparnya.
Hal itu, lanjut dia didukung oleh data penanaman modal asing (PMA), perdagangan global dan indeks harga komoditas yang semuanya cenderung melemah.
Untuk faktor dalam negeri, pertumbuhan ekonomi masih didukung oleh konsumsi rumah tangga yang masih cukup kuat dan tumbuh tinggi. Konsumsi pemerintah juga masih berkontribusi cukup tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Namun di sisi ekspor dan impor mengalami kontraksi. Begitu pula investasi yang cenderung melambat.
"Investasi mulai terjadi kecenderungan melambat seiring ketegangan perang dagang dan adanya tekanan suku bunga global yang meningkat yang sebabkan FDI (foreign direct investment) alami perlambatan," tambahnya.