Datang ke RI, Pangeran Abu Dhabi Boyong Investasi Rp 136 T

Datang ke RI, Pangeran Abu Dhabi Boyong Investasi Rp 136 T

Hendra Kusuma - detikFinance
Kamis, 25 Jul 2019 08:02 WIB
1.

Datang ke RI, Pangeran Abu Dhabi Boyong Investasi Rp 136 T

Datang ke RI, Pangeran Abu Dhabi Boyong Investasi Rp 136 T
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta - Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed Bin Zayed Al Nahyan bersama delegasinya memutuskan untuk investasi hingga ratusan triliun rupiah di Indonesia.

Hal itu dilakukan usai bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, kemarin. Dari 21 daftat proyek, pangeran dan delegasinya berkomitmen investasi di tiga proyek.

Seluruh proyek yang diinvestasikan dikerjakan dengan skema business-to-business (B-to-B) baik bersama perusahaan BUMN maupun swasta nasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut ulasan selengkapnya:
Ada sebanyak 12 kerja sama yang diteken. Sebanyak sembilan kerja sama yang dilakukan antar pemerintah, dan tiga kerja sama yang dilakukan secara business-to-business (b-to-b). Dalam pertemuan tersebut juga pemerintah menyuguhkan beberapa buah tropis sebagai hidangan bagi para tamu negara.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, tiga kerja sama yang dilakukan secara b-to-b total nilai investasinya mencapai US$ 9,7 miliar.

"Dari 3 MoU tadi yang bisnis to bisnis itu nilai totalnya sekitar Rp 136 triliun, atau 9,7 miliar dolar," kata Retno di komplek Istana Kepresidenan Bogor, Rabu (24/7/2019).

Retno menjelaskan, sebanyak tiga proyek tersebut adalah antara PT Pertamina dengan Adnoc dalam hal pengembangan RDMP Balikpapan integrated supply chain. Kedua, PT Chandra Asri dengan Mubadala mengenai proyek nafta cracker dan petrochemical complex. Ketiga antara PT Maspion indonesia dengan Dubai Port World Asia mengenai pengembangan terminal peti kemas dan kawasan industri di Jawa Timur.

Selain itu, ada juga sembilan kerja sama lainnya yang diteken antar pemerintah. Pertama, peningkatan perlindungan investasi. Kedua, penghindaran pajak berganda. Ketiga, mengenai sektor industri. Keempat, mengenai kepabeanan.

Kelima, mengenai pariwisata. Keenam, mengenai sektor kelautan dan perikanan. Ketujuh, mengenai pertahanan. Kedelapan, mengenai kekonsuleran, dan yang kesembilan mengenai sektor kebudayaan.


PT Pelabuhan Indonesia Maspion sepakat dengan Dubai Port World Asia mengembangkan terminal peti kemas dan kawasan industri di Jawa Timur. Kesepakatan itu terjadi pada saat pertemuan Presiden Jokowi dengan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed Bin Zayed Al Nahyan di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.

Direktur Utama Maspion Group Alim Markus mengatakan, nilai investasi proyek pengembangan itu mencapai US$ 1,2 miliar setara Rp 16,8 triliun (kurs: Rp 14.000/dolar AS).

"Kita invest US$ 1,2 miliar," kata Alim di komplek Istana Kepresidenan Bogor, Rabu (24/7/2019).

Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, total investasi US$ 1,2 miliar akan dilakukan secara bersamaan oleh Maspion dan Dubai Port.

Porsinya, kata Budi sebesar 51% berbanding 49%. Di mana, sebesar 51% akan dipenuhi oleh Maspion dan sisanya 49% akan dipenuhi oleh Dubai Port. Mengenai pembangunannya, lanjut Budi, akan dilakukan beberapa tahap dan baru akan dimulai pembangunan konstruksi pada tahun 2021.


Dikutip detikFinance dari Crown Prince Court (CPC), Rabu (24/7/2019), Sheikh Mohamed Bin Zayed Al Nahyan juga punya peran sebagai anggota Dewan Perminyakan Tertinggi (SPC) dan Otoritas Investasi Abu Dhabi (ADIA). Kedua badan berada di bawah kepemimpinan Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan, Presiden UEA yang juga merupakan kakaknya.

Dia juga punya jabatan sebagai Chairman di Mubadala Development Company. Itu adalah perusahaan saham gabungan publik yang dimiliki pemerintah Abu Dhabi, yang tetap menjadi pemegang saham tunggal. Mandatnya adalah diversifikasi ekonomi Abu Dhabi. Pada 2017, perusahaan tersebut bertransformasi menjadi Mubadala Investment Company.

Sheikh Mohamed dikenal memegang sejumlah peran politik dan ekonomi yang lebih luas di UEA.

Masa muda Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan dididik di sekolah di Al Ain dan Abu Dhabi sampai usia 18 tahun. Pada tahun 1979, dia bergabung dengan Akademi Militer Kerajaan Sandhurst yang prestisius, tempat dia berlatih dalam bidang baju besi, helikopter, terbang taktis, dan terjun payung.

Setelah lulus pada bulan April 1979, dia pulang ke UEA untuk bergabung dengan Kursus Pelatihan Perwira di Sharjah. Dia telah memegang sejumlah peran dalam militer UEA, hingga perannya saat ini sebagai Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata UEA.

Hide Ads