Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, rasio produktivitas Indonesia atau ICOR (inplemental capital to output ratio) masih di level 6%. Level tersebut, kata Sri Mulyani membuat biaya produksi masih mahal.
Hal itu diungkapkannya saat menjadi peserta panel di acara Seminar Nasional Transformasi Ekonomi untuk Indonesia Maju di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (9/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
ICOR (inplemental capital to output ratio) atau rasio produktivitas Indonesia berada di level 6. Sri Mulyani menilai angka itu masih tinggi dibandigkan dengan negara lain. Sejak 2016-2018, ICOR Indonesia bertengger di level 6,3. Sementara negara berkembang lainnya di ASEAN berada di level 3.
ICOR, kata Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini juga sebagai tolak ukur efisiensi suatu negara dalam hal investasi. Dengan ICOR yang tinggi, maka biaya untuk produktivitas dari suatu investasi pun masih tinggi di tanah air.
Oleh karena itu, Sri Mulyani mengungkapkan bahwa pemerintah terus menciptakan beberapa program yang bisa mengefisiensikan biaya produktivitas.
Seperti di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang membuat online single submission (OSS), dan Kementerian Keuangan ingin menciptakan pembayaran pajak semudah membayar pulsa.
"Jadi dengan teknologi mengurangi inefisiensi," ungkap dia.
(hek/eds)