Sebagai ilustrator, Ezra menerima pesanan desain dan ilustrasi, selama ini dia mengerjakan beragam ilustrasi untuk band-band, dan beragam merek dagang, mulai dari lokal sampai pesanan dari luar negeri. Biasanya, dia menyebut pesanan tersebut sebagai 'proyek'.
Memang, dengan profesinya sebagai ilustrator, Ezra tidak memerlukan kantor. Dalam bekerja pun dia melakukannya semua sendiri. Mulai dari proses penerimaan pesanan hingga eksekusi permintaan ilustrasi dari kliennya, bahkan sampai menerima pembayaran atas jasanya. Ezra mengatakan cuma bermodalkan sebuah handphone dan beragam media sosial di dalamnya dia bisa menjaring semua pesanan desain yang diterimanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berhubung manusia nocturnal gua biasa ngerjain kerjaan pasti malem antara jam 9/10 baru mulai kerja biasanya sih ampe subuh. Biar bisa subuh-an, pagi ke siang baru gua tidur," ungkap Ezra.
"Kalau kata emak gua sebenernya kagak sehat sih pola hidup kayak gini," ungkapnya seraya tertawa.
Menurutnya, dengan atau tanpa kantor produktivitas kerja harus tetap terjaga. Katanya, kalau sudah menginjakkan diri di dunia kreatif, di manapun kerjanya harus tetap bisa mencipta karya.
"Kalau udah terjun di industri kreatif mau di manapun kita berada harus bisa produktif berkarya, kecuali kalau udah di alam kubur udah nggak bisa ngapa-ngapain dah tuh," ucap Ezra berkelakar.
Selain Ezra ada juga Teti Purwanti. Teti, seorang freelance content writer, mengatakan selama ini pun bekerja di rumah.
"Pekerjaan aku ibu rumah tangga," kelakar Teti.
"Iya jadi aku nerima orderan tulisan, berbagai artikel lah, semuanya aku lakukan remote, aku ada ngerjain harian dan bulanan, biasanya kalau harian itu jam 10-an malam aku dikasih list tulisannya, kalau bulanan aku dikasih list, misal satu bulan 25 tulisan dikasih deadline deh, semua cuma Whatsapp-an aja," cerita Teti kepada detikFinance beberapa waktu lalu.
Setiap hari, bukan cuma menulis, Teti juga mengurus rumah dan anaknya juga. Teti bercerita setiap pagi setelah anaknya pergi sekolah dan suaminya pergi bekerja dia akan mulai menulis, sambil mengerjakan pekerjaan rumah yang mudah-mudah.
"Mungkin karena aku sudah menemukan ritmenya ya, pokoknya aku nulis itu di sela-sela waktu di saat aku tidak mengerjakan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga," kata Teti.
Menurut ceritanya, tidak jarang dia pun menulis sambil menjaga anaknya, menulis sambil menyuapi anaknya, ataupun menulis sambil menidurkan anaknya. Kalau kata Teti semua pekerjaan harus dilakukan multi tasking. "Kayaknya malah aku lebih sibuk daripada orang kantoran," katanya.
Teti mengatakan pekerjaan yang dilakukannya saat ini cukup menyenangkan. Pasalnya meski berkarir, dia tidak merasakan kehilangan waktu dengan keluarganya, terutama waktu dengan anaknya. Nilai plus lainnya, meski ibu rumah tangga Teti tetap bisa mendapatkan 'uang lebih' dari pekerjannya.
"Sebagai ibu rumah tangga ini menyenangkan ya, aku nggak kehilangan waktu sama anak, tapi tetap dapat uang jajan," kata Teti.
Ada pula Martha Karafir, seorang peneliti di salah satu organisasi non profit ini biasa bekerja tanpa kantor. Terlebih lagi, pekerjaannya sebagai peneliti membuat dirinya sering bertemu banyak orang, keluar masuk kantor pemerintah, hingga penelitian di lapangan.
Martha mengaku sering bekerja di rumah ataupun mampir di kafe-kafe sambil menyelesaikan pekerjaannya. Biasanya usai laporan kerjanya selesai Martha hanya mengirim hasil kerjanya lewat surel saja.
"Aku memang nggak ada kantor di Jayapura, kantorku ada di Manokwari dan Jakarta, jadi paling laporan kan via email, koordinasi paling via chat atau telepon. Kantor aku juga kan dukung pengurangan emisi, jadi kalau nggak butuh ke mana-mana tinggal di rumah saja atau paling ya mampir ke kafe ya kalau habis meeting," kata Martha kepada detikFinance beberapa waktu lalu.
"Kalau di kafe tuh paling suasananya ya yang santai dan koneksi internetnya bagus," lanjutnya bercerita.
Dia bercerita kantornya memang sangat mendukung konsep kerja tanpa mesti ngantor. Bahkan untuk rapat saja, sangat jarang harus berkumpul di satu tempat bersama. Untuk rapat kantornya mengandalkan fasilitas rapat online.
"Kalau ada rapat biasanya online, pakai teleconference," cerita Martha.
(zlf/zlf)