Ekonom INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan masalah yang dihadapi oleh Indonesia ketika bersaing dengan negara tetangga adalah tingginya biaya logistik.
"Soal biaya logistik, di Indonesia itu mahal di kisaran 22-24% terhadap produk domestik bruto (PDB). Ini artinya seperempat biaya sebuah produk sudah habis untuk ongkir sendiri," kata Bhima saat dihubungi detikcom, Sabtu (7/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, soal sumber daya manusia di sektor manufaktur. Menurut dia, saat ini banyak investasi manufaktur yang potensial khususnya tekstil, elektronik dan otomotif.
"Tapi SDM kita hanya mengandalkan upah yang rendah, padahal upah bukan faktor utama perusahaan melakukan relokasi industri, karena SDM kita kurang kompetitif," imbuh dia.
Hal ini karena lembaga pendidikan di Indonesia hanya mengajarkan hal yang tidak ada kaitannya dengan kebutuhan rantai pasok global.
"Itu PR yang perlu diperbaiki, reformasi institusi pendidikan secara besar-besaran yang diperlukan," jelas dia.
Dalam paparan Bank Dunia ke pemerintah yang diterima detikcom disebutkan Indonesia juga tidak memiliki jumlah insinyur yang cukup mulai dari bagian produksi, proses, desain, manajer hingga perencanaan produksi.
Selain itu, pembatasan investasi langsung juga membuat biaya logistik lebih tinggi dan tarif listrik yang lebih mahal membuat investor membandingkan dengan negara lain.
Menurut Bank Dunia, dibutuhkan kebijaksanaan dan pertimbangan dalam penyusunan aturan dan penegakan hukum.
(kil/eds)