Saat ditemui, para petani garam di wilayah Kecamatan Kaliori mengaku lebih memilih untuk menimbun terlebih dahulu hasil panen garam mereka, ketimbang langsung menjual hasil panen garam.
Lilik, salah seorang petani garam asal Desa Matalan, Kecamatan Kaliori mengaku enggan untuk langsung menjual hasil panen garamnya. Sebab, harga garam saat ini menurutnya sangat murah. Tidak sesuai dengan hasil jerih payah petani ketika menggarap lahan garam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara petani lainnya, Jamari mengaku ia sampai akan membuat gudang penyimpanan garam pribadi miliknya untuk menyimpan stok garam sampai harganya membaik. Ia justru lebih memilih untuk mengeluarkan modal lagi guna membangun gudang, ketimbang menjual garam dengan rugi.
"Ini saya mau bangun gudang lagi agar bisa menampung garam-garam lainnya. Daripada kalau saya jual saat ini ke pengepul, dengan harga segitu kasihan para pekerja," jelasnya.
Tarso, petani garam asal Desa Bogoharjo, Kaliori menengarai jatuhnya harga garam di tingkat petani akibat kualitas garam yang kian memburuk. Diakuinya, bahan baku pembuatan garam yakni air laut di beberapa titik di wilayahnya saat ini cenderung buruk.
"Ini kelihatannya air bening yang kita ambil, tapi ternyata kotor. Pas nanti mulai dijemur, kalau sudah agak lama airnya jadi merah. Padahal harusnya tetap bersih, akhirnya kualitasnya memburuk," katanya.
(fdl/fdl)