Curhat Pedagang Dikepung Pekatnya Kabut Asap

Curhat Pedagang Dikepung Pekatnya Kabut Asap

Vadhia Lidyana - detikFinance
Minggu, 15 Sep 2019 08:46 WIB
Curhat Pedagang Dikepung Pekatnya Kabut Asap
Foto: ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
Pekanbaru - Kabut asap masih mengepung Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Aktivitas masyarakat hingga pedagang terganggu. Bukan hanya menghirup udara tak sehat, kabut asap juga menyebabkan jarak panjang hanya 300 meter.

Mulai dari pedagang kelontong hingga pedagang masker curhat soal dagangannya di tengah kabut asap. Ada yang rugi, ada juga yang untung.

Simak berita lengkapnya di sini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Para pedagang di kawasan Pasar Pusat, Pekanbaru, Riau mengaku rugi gara-garap kabut asap dua minggu terakhir ini. Para pedagang di sana mengaku omzetnya turun sampai 20 persen sejak kabut asap.

"Paling terasa dua pekan terakhir. Dagangan kita menurun sampai 20 persen. Pembeli sepi karena asap pekat menyelimuti Pekanbaru," kata Iwan (36) salah seorang pedagang kelontong kepada detikcom, Sabtu (14/9/2019).

Sebagai informasi, kawasan Pasar Pusat ini berada di Jl Sudirman di jantung kota Pekanbaru. Kawasan ini sebagai pusat perbelanjaan terbesar di Riau.

Menurut Iwan, dia bersama rekan-rekannya kini merasakan dampak buruk dari kabut asap. Kondisi asap membuat daya beli masyarakat menurun.

"Warga malas keluar rumah karena asap. Imbasnya ke kita, dagangan kita pun turut sepi. Tapi mau bagaimana lagi, memang kondisinya berasap," jelas Iwan.

Tidak hanya Iwan yang merasakan imbas negatif dari asap Karhutla ini. Pedagang kelontong lainnya, mengaku di saat hari libur seperti sekarang biasanya kawasan Pasar Pusat ramai dikunjungi dari luar daerah.

"Sekarang liat sendiri, hari libur seperti ini tetap sepi. Biasanya kalau hari libur misalkan Sabtu dan Minggu, banyak warga dari luar kota. Sekarang warga luar kota pun malas datang, karena di tempat mereka juga banyak asap," ungkap Ujang pedagang lainnya.

Para pedagang di Pasar Pusat, Pekanbaru mengklaim kondisi asap sekarang ini seperti yang terjadi pada 2015 lalu. Saat itu semua sektor perekonomian dirasakan merosot tajam.

"Sekarang ini kondisinya hampir sama saat asap tahun 2015 lalu daya beli juga masyarakat jauh menurun. Kalau kondisi asap masih terus begini, hancur usaha kita," terang Ujang.

Menurut mereka, tidak hanya masyarakat yang malas berbelanja karena kabut asap. Pedagang sendiri juga kadang banyak yang tutup. Ini karena ada anak istrinya jatuh sakit karena asap.

"Banyak kawan-kawan kita tak buka kios karena kondisi sepi yang membuat mereka malas berjualan. Ini belum kadang kondisi keluarganya sakit akibat asap. Jadi banyaklah imbas asap ini," kata Ujang.

Bisnis masker laris manis semenjak kabut asap mengepung Riau imbas kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Masker jadi kebutuhan masyarakat agar tidak langsung menghirup udara dengan kualitas yang buruk.

Mulai dari warga, sampai perusahaan atau komunitas masyarakat di Riau memborong masker dalam jumlah banyak. Biasanya, komunitas masyarakat memborong masker untuk dibagikan secara gratis, terutama kepada warga yang menggunakan sepeda motor.

"Banyak yang beli masker sejak kabut asap ini. Kalau warga biasanya beli jumlahnya sedikit. Tapi sekarang banyak komunitas warga yang belinya dalam jumlah banyak, katanya untuk disumbangkan ke warga yang terpapar asap," kata Hasan (45) pemilik toko obat di Jl Subrantas Pekanbaru kepada detikcom, Sabtu (14/9/2019).

Akan tetapi, Fuad (38) yang juga berjualan masker di Jalan Subrantas menuturkan, awal berjualan masker sebulan yang lalu pembelinya lumayan banyak. Namun sepekan terakhir ini, pesaing tambah banyak karena asap semakin pekat.

"Waktu asap mulai banyak, jualan saya banyak yang beli. Tapi seminggu ini, yang beli berkurang. Ini karena banyak pedagang dadak lainnya berjualan yang sama. Walau pun begitu, pembeli tetap ada saja. Apa lagi kalau asap lagi pekat," tutur Fuad.

Berbeda lagi dengan pengakuan Bahtiar (50) yang berjualan masker di Jl Sudirman, Pekanbaru. Padahal, sebelumnya ia sehari-hari biasa berjualan es tebu di pinggir jalan.

"Sambil jualan es tebu, saya juga sekarang jualan masker. Jualan masker ini musiman saja kalau lagi ramai asap. Lumayan juga, banyak yang beli, harganya murah kok Rp 5.000 satu," ujar Bahtiar.

Hide Ads