Kemenkeu Klaim Rancang APBN Jadi Tameng Ekonomi Global yang Batuk

Kemenkeu Klaim Rancang APBN Jadi Tameng Ekonomi Global yang Batuk

Hendra Kusuma - detikFinance
Senin, 23 Sep 2019 18:25 WIB
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara/Foto: Ari Saputra
Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Keuangan mengungkapkan bahwa anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dirancang untuk mengantisipasi ketidakpastian global. Kondisi ekonomi dunia kini dihadapkan dengan ancaman resesi dari negara-negara maju.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengatakan kondisi ekonomi dunia kini penuh dengan ketidakpastian yang ujung-ujungnya berdampak pada Indonesia.

"Dengan kita bikin KEM-PPKF (kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal), dan APBN itu kita antisipasi. Antisipasi artinya kita lihat sumber pertumbuhan," kata Suahasil di gedung DPR, Jakarta, Senin (23/9/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Suahasil menjelaskan, melalui APBN maka Pemerintah akan mencari sumber-sumber yang mampu menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Sumber tersebut masih bisa berasal dari tingkat konsumsi rumah tangga, investasi, dan belanja Pemerintah. Dari sisi konsumsi, tugas Pemerintah adalah menjaga setiap masyarakat memiliki pendapatan yang cukup.

"Kalau kita ingin dari konsumsi maka masyarakat harus ada pendapatan, yang perlu dilindungi yang mana, masyarakat miskin. maka bansos, transfer, BPNT, BPJS, itu menjadi sangat penting, itu diamankan semua," jelasnya.

Sumber pertumbuhan lainnya, kata Suahasil yaitu berasal dari pembangunan seperti infrastruktur yang tujuannya mempermudah investasi masuk ke tanah air. Sedangkan satu lagi adalah melalui transfer ke daerah.


Menurut Suahasil, ekonomi dunia sedang berada dalam kondisi yang kurang sehat. Oleh karena itu, ekonomi domestik menjadi salah satu yang harus dijaga agar Indonesia tetap tumbuh di level 5%.

"Kalau global lagi batuk-batuk kayak begini, nggak bisa diprediksi, negara lain dengan tensi tinggi dan kita kena impact maka kita harus lihat pertumbuhan dalam negeri harus kuat," katanya.

"Kalau nggak ya kita nggak bisa bertahan di 5% atau bahkan ingin lebih ke 5,2% atau 5,3%. Itu kan sekarang strateginya ya domestik," sambung Suahasil.


(hek/ara)

Hide Ads