Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah mengatakan bagi orang kaya yang harus dilakukan sebelum adanya resesi ekonomi adalah memindahkan aset yang ada di instrumen berisiko tinggi ke risiko rendah.
"Bagi orang kaya menghadapi resesi nggak susah, mereka nggak perlu persiapan. Cuma memindahkan aset-aset mereka saja ke instrumen yang lebih bebas risiko," kata Piter saat dihubungi detikcom, Jakarta, Kamis (26/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peneliti dari INDEF, Bhima Yudhistira mengatakan aset berisiko rendah dan mudah untuk dicairkan menjadi cara paling ampuh bagi orang-orang kaya menghadapi resesi ekonomi.
"Dalam resesi liquidity is the king, likuiditas adalah raja," kata Bhima.
Pemindahan aset keuangan ke instrumen yang berisiko rendah juga nantinya akan memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan likuiditas.
"Ketika kondisi sedang tidak pasti dan membutuhkan dana emergency maka aset yang cepat cair akan menolong kita," tegas dia.
Dilansir CNBC pada Rabu (25/9/2019), menurut survei UBS terhadap 360 perusahaan milik keluarga secara global, dengan kekayaan keluarga rata-rata mencapai US$ 1,2 miliar (Rp 16,9 triliun), hasilnya menunjukkan 55% perusahaan milik keluarga percaya akan ada resesi pada 2020.
Untuk mengurangi risiko, 45% responden sudah menyesuaikan portofolio mereka, termasuk beralih ke obligasi dan real estate. Sementara itu, 42% responden telah meningkatkan cadangan kas mereka.
"Kami sangat berhati-hati. Bahkan sekarang, terhadap pasar, kami tidak merasa sangat nyaman," kata responden survei yang merupakan mitra pelaksana di perusahaan milik multi-keluarga di Amerika Utara.
(hek/zlf)