Jakarta -
Rachmat Gobel kini menduduki kursi penting di DPR RI. Dia terpilih menjadi salah satu wakil ketua DPR mendampingi Puan Maharani yang menjadi ketuanya.
Rachmat yang merupakan politikus Partai Nasdem itu bukan pertama kali menduduki kursi penting. Dia pada 2014 ditunjuk Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Perdagangan. Meskipun pada 2015 dia kena reshuffle.
Rachmat sendiri sebelumnya lebih dikenal sebagai pengusaha. Bisnisnya menggurita hingga berskala internasional.
Rachmat sendiri dikenal sebagai pengusaha yang cukup sukses, dia merupakan penerus tahta Panasonic Gobel Group yang sebelumnya bernama National Gobel Group dari ayahnya Thayeb Mohammad Gobel.
Mengutip buku '50 Great Bussines Ideas form Indonesia' yang disusun oleh M. Ma'ruf, Selasa (1/10/2019) Rachmat Gobel lahir di Gorontalo pada 3 September 1962. Dia merupakan putra kelima dari pengusaha Thayeb Mohammad Gobel.
Setelah tamat dari Sekolah Menengah Atas di Jakarta pada 1981, Rachmat Gobel melanjutkan kuliahnya di Jepang ketimbang di Amerika Serikat. Chuo University di Tokyo, Jepang, menjadi tempat pilihan dirinya dalam menimba ilmu. Keputusan tersebut diambilnya dengan pertimbangan, bahwa dengan belajar di Jepang dirinya tidak hanya akan mendapatkan ilmu, namun juga dapat mempelajari bahasa dan budaya Jepang.
Sehingga akan memperlancar komunikasi dan hubungan dengan rekan utama bisnis Kelompok Usaha Gobel, yaitu Matsushita Group (sekarang Panasonic Group)
Pada tahun 1989, Rachmat Gobel secara tetap kembali ke Indonesia dan langsung menduduki posisi Asisten Presiden Direktur di PT National Gobel (sekarang PT Panasonic Manafacturing Indonesia). Perusahaan ini merupakan perusahaan joint venture pertama antara pihak Jepang dengan Indonesia di bidang industri manufaktur elektronika, yang berdiri pada tahun 1970.
Dia merupakan generasi kedua dari keluarga Gobel yang mengendalikan perusahaan National Gobel Group yang sekarang bernama Panasonic Gobel Group.
Pria yang lahir di Jakarta, 3 September 1962 merupakan anak ke lima dan putra laki-laki pertama dari pasangan Alm. Drs. H. Thayeb Mohammad Gobel dan Almh. Annie Nento Gobel. Alm. Drs. H. Thayeb Mohammad Gobel di samping pendiri dari Kelompok Usaha Gobel, adalah juga perintis industri elektronika di Indonesia.
Rachmat berbeda dengan anak orang kaya lainnya yang memilih kuliah di Amerika Serikat. Dia memilih kuliah di Chuo University di Tokyo, Jepang.
Sambil mempelajari bahasa dan budaya Jepang, Rachmat justru berhasil menjalin hubungan dengan rekan utama bisnis Kelompok Usaha Gobel, yaitu Matsushita Group (sekarang Panasonic Group)
Pada tahun 1989, Rachmat Gobel secara tetap kembali ke Indonesia dan langsung menduduki posisi Asisten Presiden Direktur di PT National Gobel (sekarang PT Panasonic Manafacturing Indonesia). Perusahaan ini merupakan perusahaan joint venture pertama antara pihak Jepang dengan Indonesia di bidang industri manufaktur elektronika, yang berdiri pada tahun 1970.
Pada tahun 1991 Rachmat secara resmi diangkat menjadi anggota Dewan Direksi yang memiliki kewenangan penuh atas perencanaan manajemen perusahaan. Ia bukan saja mengelola bisnisnya agar tetap bertahan di tengah masa krisis, namun juga berusaha membangun perusahaan sekaligus membangun tempat kerja bagi banyak orang.
Pada tahun 1993, dia diangkat menjadi Wakil Presiden Direktur PT National Gobel (sekarang PT Panasonic Manufacturing Indonesia) dan Presiden Direktur PT National Panasonic Gobel (sekarang PT Panasonic Gobel Indonesia) yang merupakan perusahaan joint venture khusus didirikan untuk menangani pemasaran dan penjualan barang-barang elektronika merek National - Panasonic - Technic (sekarang Panasonic).
Sejak tahun 2002 Rachmat menjabat sebagai Komisaris PT National Gobel (sekarang PT Panasonic Manufacturing Indonesia), sedangkan jabatan Komisaris Utama PT Panasonic Gobel Indonesia diembannya sejak tahun 2004.
Pada awal tahun 90-an, di saat pertumbuhan ekonomi Indonesia sedang tumbuh dengan pesat, Rachmat Gobel melihat adanya peluang untuk melakukan ekspansi Kelompok Usaha Gobel dengan dimotori oleh perusahaan-perusahaan Matsushita-Gobel (sekarang Panasonic-Gobel).
Ekspansi tersebut didasari atas pertimbangan untuk mengembangkan usaha-usaha yang tadinya hanya berorientasi lokal menjadi juga berorientasi ekspor, seiring dengan kebijakan pemerintah saat itu.
Rachmat Gobel juga aktif terlibat menggalakkan pembinaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM). Atas peran aktif, kesungguhan sikap dan upaya menyukseskan pembinaan serta pengembangan Koperasi dan UKM, pada tanggal 1997 Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil RI menganugerahkan penghargaan "Bakti Koperasi dan Pengusaha Kecil".
Sejak 1999 dia mulai aktif di asosiasi pengusaha, saat dipercaya sebagai Ketua Umum Gabungan Perusahaan Industri Elektronika Indonesia (GABEL) periode 1998 - 2003 dan 2003 - 2009. Pada 2010 terpilih sebagai Ketua Umum Federasi Asosiasi-asosiasi Industri Berbasis Elektronika dan Telematika (F-GABEL) untuk periode 2010 - 2014.
Pada 2002, Ketua Umum Kadin Indonesia yang ketika itu dipegang oleh Aburizal Bakrie mempercayai Rachmat Gobel untuk duduk sebagai Ketua Kadin Indonesia Bidang Industri Logam, Mesin, Kimia dan Elektronika. Ketika pergantian kepemimpinan Kadin Indonesia kepada Ketua Umum Mohamad Suleman Hidayat pada Februari 2004, Rachmat tetap dipercaya untuk memegang jabatan strategis sebagai Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia - Koordinator Bidang Industri, Teknologi dan Kelautan periode 2004-2008.
Pada masa kepemimpinan kedua, Ketua Umum MS Hidayat, masih mempercayai Rachmat untuk menjabat Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia - Koordinator Bidang Perindustrian, Riset dan Teknologi periode 2008-2010.
Pada 2008, Rachmat Gobel dipercaya menjadi mitra strategis Qatar Telecom (Qtel), saat perusahaan Timur Tengah ini mengakuisisi saham PT Indosat Tbk. Ini prestasi tersendiri, karena kepercayaan itu memberi dia akses lebih luas untuk menggalang jaringan bisnis di tingkat internasional.
Pada tanggal 20 Mei 2010 Rachmat mendapat kepercayaan dari Presiden SBY waktu itu, sebagai salah satu anggota Komite Inovasi Nasional (KIN), suatu komite yang tugasnya membantu Presiden dalam rangka memperkuat sistem inovasi nasional dan mengembangkan budaya inovasi nasional.
Halaman Selanjutnya
Halaman