CEO Mayapada Group ini buka-bukaan soal alasannya gemar berbagi kepada orang yang nasibnya kurang beruntung. Kedermawanannya kini tidak terlepas dari kehidupan masa kecilnya yang pas-pasan.
"Orang tua saya itu kan cuma kerjanya menyewakan becak. Jadi saya dari kecil itu lahir dan dibesarkan oleh setoran daripada abang becak. Itu kan cukup nggak mampu itu, khususnya pribadi itu minder ya sangat dalam sekolah sampai nikah kenal keluarga besar Mochtar Riady lebih minder lagi," ujar Tahir saat berbincang dengan detikcom di Hotel Fairmont, Amman, Yordania, (3/10/2019) lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya punya sikap yang positif saya anggap bahwa semua serangan itu saya terima memang pedih dan sangat menyakitkan tapi saya ada suatu motor yang menggerakkan saya bisa lebih maju lagi," tuturnya.
Kesuksesannya menjalankan sejumlah usaha tidak bisa dilepaskan dari Indonesia, tempat di mana ia menjalankan bisnisnya. Ini juga yang membuatnya merasa lebih beruntung dibandingkan mereka yang tinggal di daerah konflik.
"Kita bersyukur kita lahir di Indonesia, aman membuat kita bisa usaha lebih baik dan bisa hari ini mempunyai hasil. Jadi give it back, mengembalikan itu adalah sebuah konsekuensi sebuah logika bukan hal yang menyulitkan, bukan hal yang aneh, bukan hal yang perlu dibanggakan," katanya.
"It's so simple take it from society and give it back to society. Itu sebenarnya logika, simple aja," tambahnya.
Tahir justru heran dengan orang yang mendapatkan keuntungan dari Indonesia namun enggan berbagi kepada mereka yang kurang beruntung.
"Kalau ada orang yang untung dari Indonesia yang nggak mau keluarkan itu bagi saya yang justru nggak simple. Saya nggak tahu apa yang di benak pikiran dia itu saya nggak bisa ngerti," ujarnya.
(ara/eds)