"Ya kalau merugikan pasti, harusnya kan terbang buat operasional. Karena nggak terbang jadi nggak bisa berproduksi," kata Direktur Teknik Sriwijaya Air Romdani Ardali Adang saat dihubungi detikcom, Jakarta, Selasa (15/10/2019).
Dia belum bisa memastikan berapa kerugiannya bila menghitung lamanya proses perbaikan agar dua pesawatnya bisa terbang lagi. Namun sebagai gambaran, biaya sewa pesawat tersebut adalah US$ 200 ribu per bulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu pesawat biasanya mampu terbang sebanyak enam rute dalam sehari. Artinya dua pesawat yang tidak bisa beroperasi membuat Sriwijaya Air kehilangan pendapatan dari 12 rute.
"Ya paling kita kurangi schedule-nya. Kalau satu pesawat kan biasanya bisa ke 6 rute ya, (dua pesawat) 12 rute," tambahnya.
Tak hanya Sriwijaya Air, satu pesawat Garuda Indonesia dengan jenis yang sama pun ditemukan keretakan. Akibatnya tidak bisa beroperasi. Dia tak menyebut kondisi itu membuat maskapai pelat merah itu rugi. Tapi dari segi fleksibilitas penerbangan berkurang karena pesawat lainnya harus membackup.
"Tetap kita bisa akomodir tapi tidak sefleksibel kalau itu bisa beroperasi lah ya," tambahnya.
(toy/dna)