Selain itu berita terpopuler lainnya adalah pengusaha babi asal China berharta Rp 196 triliun. Berdasarkan laporan dari Hurun, mereka jadi orang terkaya di China peringkat ke 15 karena sudah menjual sebanyak 5,8 juta ekor babi. Kekayaan Qin dan Qian mencapai US$ 14 miliar atau sekitar Rp 196 triliun (Rp 14.000/US$).
Mau tahu informasi selengkapnya? Baca 5 berita detikFinance terpopuler berikut ini:
Retak di Pesawat Garuda dan Sriwijaya Air
Ilustrasi/Foto: Hendra Kusuma
|
Berdasarkan hasil dari pemeriksaan pada pesawat B737NG yang berumur lebih dari 30.000 FC per 10 Oktober 2019, ditemukan 3 pesawat yang mengalami keretakan, dan harus diberhentikan beroperasi sambil menunggu hasil dari rekomendasi lebih lanjut dari pihak Boeing.
"Selanjutnya DKPPU meminta kepada operator yang mengoperasikan B737NG yaitu Garuda Indonesia, Lion Air, Batik Air dan Sriwijaya Air, untuk memasukkan pemeriksaan atau inspeksi sesuai DGCA AD 19-10-003, kedalam Maintenance Program dengan interval rutin setiap 3500 Flight Cycle (FC)," tutur Avirianto
Baca selengkapnya di sini: Ada Retak di Pesawat Boeing Garuda dan Sriwijaya Air
Peterna
Foto: Qin Yinglin - Dok Forbes
|
Qin Yinglin dan Qian Ying mulai beternak babi sejak 1992. Dikutip dari Forbes, Senin (14/10/2019), saat itu mereka mulai beternak 22 ekor babi.
Berdasarkan laporan dari Hurun, mereka jadi orang terkaya di China peringkat ke 15 karena sudah menjual sebanyak 5,8 juta ekor babi. Kekayaan Qin dan Qian mencapai US$ 14 miliar atau sekitar Rp 196 triliun (Rp 14.000/US$). Kekayaan tersebut didapatkan setelah mereka menjual 5,8 juta ekor babi saat harga hewan ternak tersebut sedang tinggi-tingginya.
Baca selengkapnya di sini: Nih Peternak Babi Berharta Rp 196 T yang Jadi Orang Terkaya China
Air Laut sampai Monas, Jakarta Hampir Tenggelam?
Foto: (Elmy Tasya Khairally/detikcom)
|
Badan Geologi Kementerian ESDM mencatat, dari hasil pemantauan dengan GPS Geodetic, laju penurunan tanah di Jakarta Utara mencapai 12 cm setiap tahunnya. Jika dibiarkan bukan tidak mungkin Jakarta akan tenggelam secara harafiah.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Rudy Suhendar mengaku tidak mengetahui secara pasti kapan Jakarta akan tenggelam. Tapi menurutnya dampak terburuk itu bisa benar terjadi ratusan tahun mendatang.
"Kapannya si saya nggak tahu. Tapi indikasinya bisa dilihat dari benteng di garis pantai teluk Jakarta sudah masuk air laut. Tapi Jakarta kan luas, perlu ratusan tahun. Mungkin kalau puluhan tahun saya tidak percaya. Tapi indikasi Jakarta mulai kemasukan air laut sudah terlihat," ujarnya dalam acara Media Gathering 'Selamatkan Air Tanah Jakarta, Sekarang atau Tunggu Jakarta Tenggelam di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (15/10/2019).
Baca selengkapnya di sini: Air Laut Sudah Sampai Monas, Kapan Jakarta Tenggelam?
Koster Minta Luhut Diam soal Reklamasi Benoa
Gubernur Bali Wayan Koster (tengah)Foto: Aditya Mardiastuti/detikcom
|
"Perpres memang tidak dicabut tapi Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan). Memang di dalamnya ada pengaturan Teluk Benoa sebagai kawasan yang bisa dimanfaatkan dalam perpres, tapi jangan lupa untuk melaksanakan perpres ada kewenangan menteri teknis yaitu menteri kelautan dan perikanan," kata Koster kepada wartawan di Denpasar, Bali, Senin (15/10/2019).
Koster pun tegas meminta Luhut tidak berpolemik lagi soal reklamasi di Teluk Benoa. Dia menegaskan dengan Keputusan Menteri Susi, reklamasi di kawasan Teluk Benoa tidak bisa dilakukan.
"Jadi berhentilah berpolemik. Kan Pak Menko cuma bilang perpres 51 masih berlaku, tapi tidak bisa dilaksanakan. Saya minta Pak Menko sebaiknya jangan lagi berpolemik, diam saja," tutur Koster.
Baca selengkapnya di sini: Koster ke Luhut soal Reklamasi Benoa: Jangan Berpolemik, Diam Saja!
Luhut Bilang Reklamasi Benoa Jalan, Susi Kok Bilang Setop?
Foto: Uji Medianti Sukma
|
Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Brahmantya Satyamurti Poerwadi, mengatakan proyek reklamasi akan dihentikan. Karena nantinya, kawasan Teluk Benoa akan dijadikan kawasan perlindungan maritim.
"Memang ada reklamasi di titik tadi, semua pihak harus mengikuti (Kepmen) dan tidak melakukan reklamasi, pihak yang punya izin lokasi juga kan belum melakukan apa-apa. Itu saja, mereka juga akan berkoordinasi dengan kita," jelas pria yang akrab disapa Tyo ini, Selasa (15/10/2019).
Baca selengkapnya di sini: Luhut Bilang Reklamasi Benoa Jalan Terus, Kok Susi Bilang Setop?
Halaman 3 dari 6