(TEI) 2019, di ICE BSD, Rabu (16/10/2019).
Menurut Duta Besar RI untuk China merangkap Mongolia, Djauhari Oratmangun, Indonesia merupakan produsen sarang burung walet terbesar di dunia termasuk ke Tiongkok.
Namun, saat ini masih terdapat eksportir maupun importir yang melakukan jalur tidak resmi sehingga menghambat peningkatan laju ekspor ini. Untuk itu, dirinya membuka kerja sama dengan berbagai pihak untuk dapat meningkatkan laju ekspor melalui jalur legal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini ekspor ke China dari Indonesia itu butuh kurang lebih di atas 150 juta ton per tahun. Sementara kuota kita baru sekitar 140 juta ton, dan yang baru terpenuhi itu 70 juta ton jadi masih ada gap sekitar 70 juta ton lagi," kata Djauhari saat acara Indonesia-China Bird Nest Business Forum di ICE BSD, Tangerang, Rabu (16/10/2019).
Potensi untuk meningkatkan ekspor melalui jalur legal sangat diperlukan guna untuk mendongkrak nilai ekspor yang signifikan untuk Indonesia.
Dia menilai pasokan ekspor SBW saat ini sudah menguasai pasar Tiongkok. Mengingat kebutuhan SBW di sana cukup besar sehingga perlu terobosan baru yang strategis untuk kembali menangkap peluang lebih lanjut.
"Kita telah bertemu dengan Kementerian Perdagangan di sana (China), kita juga merangkul asosiasi importir di sana, kita juga merangkul eksportir di sini. Nah kalau ini semua sudah bisa bersinergi secara bersama-sama dengan strategi yang sudah dipaparkan, saya kira potensi ekspor sarang burung walet nilai ekspornya akan meningkat bisa di atas US$ 1 miliar, malah menurut prediksi dari asosiasi eksportir di Indonesia itu bisa sampai di atas US$ 2 miliar per tahun," jelasnya.
Ia mengatakan dalam kurun waktu empat bulan terakhir pemerintah Indonesia dan China sudah membuat kesepakatan terkait jalur resmi ekspor sarang burung walet ini. Setidaknya, saat ini ada 21 perusahaan yang sudah diberikan lisensi terkait kerja sama ini dan akan bertambah lagi menjadi 27 perusahaan.
"Sekitar empat bulan terakhir kita sudah ada kesepakatan antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Tiongkok sehingga yang melalui jalur resmi berarti melalui eksportir yang telah diijinkan oleh pemerintah Cina sekarang sudah jadi 21 perusahaan dan 6 perusahaan lagi menyusul untuk diberikan lisensi berkat kerja sama kali ini," katanya.
Hal sama juga diungkapkan oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Menurutnya, hubungan perdagangan Indonesia dan Tiongkok sangat potensial. Namun, hal itu juga diiringi dengan besarnya penyelundupan secara ilegal terutama dalam ekspor SBW ini.
"Kami dua pemerintah dari Indonesia dan RRT sama-sama sepakat untuk ke depan kita hentikan dan kita akan tindak tegas penyelundupan ini," terangnya.
"Karena itu, saya ingin mengajak para pengusaha SBW, mulai dari pemilik rumah SBW, pengepul dan sebagainya, untuk menghentikan penjualan yang tidak legal, atau penyelundupan ini. Terutama pengepul dari RRT yang suka datang ke Kapuk datang ke Gajah Mada dan itu semua, yakinlah hanya masalah waktu saya akan tangkap semua," tandasnya.
(ujm/ujm)