Selain Merpati, Ini 5 PR Besar Menteri BUMN di Periode 2 Jokowi

Selain Merpati, Ini 5 PR Besar Menteri BUMN di Periode 2 Jokowi

Tim Detikcom - detikFinance
Kamis, 17 Okt 2019 17:20 WIB
Halaman ke 1 dari 2
1.

Selain Merpati, Ini 5 PR Besar Menteri BUMN di Periode 2 Jokowi

Selain Merpati, Ini 5 PR Besar Menteri BUMN di Periode 2 Jokowi
Foto: Suparno Nodhor
Jakarta - Merpati Airlines kembali menjadi sorotan setelah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lainnya mulai bergotong-royong membantu maskapaui ini bangkit dari mati suri.

Hal ini dimulai dengan penandatangan komitmen sinergi BUMN dalam rangka mendukung restrukturisasi bisnis MNA, di Kementerian BUMN Jakarta, Rabu (16/10/2019) kemarin.

Meski telah mendapat angin segar, Merpati Airlines masih belum bisa memastikan kapan maskapai tersebut dapat kembali mengudara. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama Merpati Airlines Asep Eka Nugraha kepada wartawan di Kantor Kementerian BUMN.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Enggak terkejar kalau tahun ini [terbang lagi]. Sertifikasi [dari Kementerian Perhubungan] itu kan panjang," kata Asep, Mengutip dari CNBC Indonesia, Kamis (17/10/2019).

Tidak hanya Merpati, ternyata masih ada beberapa BUMN lain yang perlu diperhatikan oleh Kementerrian BUMN. Terlebih lagi, permasalahan ini penting untuk dibedah kembali, mengingat Menteri BUMN bisa saja berganti pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) jilid II. Baik Rini Soemarno melanjutkan masa jabatannya, ataupun digantikan oleh orang lain, permasalahan ini tentunya akan tetap menjadi PR bagi Kementerian BUMN kedepannya.

Melansir dari CNBC Indonesia, Kamis (17/10/2019), berikut 5 BUMN yang mungkin akan kembali menjadi PR bagi Menteri BUMN Baru.

1. Jiwasraya
PT Asuransi Jiwasraya (Persero) belum lama ini terpaksa menunda pembayaran kewajiban polis jatuh tempo. mengalami kesulitan likuiditas menjadi alasan keterlambatan pembayaran yang disampaikan oleh Jiwasrayana. Keterlambatan pembayaran polis jatuh tempo terdapat di produk bancassurance JS Proteksi Plan Jiwasraya, dengan nilainya mencapai Rp 802 miliar.

2. Pos Indonesia
Meskipun belum mengalami kerugian, persoalan keuangan juga dirasakan oleh PT Pos Indonesia. Setidaknya sejak tahun 2012, laba Pos Indonesia terus mengalami penurunan. Pada 2018, Pos mencatat laba bersih sebesar Rp 127 miliar atau turun dari posisi 2017 sebesar Rp 355 miliar. Posisi kas Pos Indonesia cenderung mengalami penurunan. Bahkan pada tahun 2018, posisi kas hanya sebesar Rp 2,64 triliun atau terendah sejak tahun 2012.

3. Krakatau Steel
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) masih terus didera persoalan. KRAS didera kerugian selama 7 tahun berturut-turut, utang menggunung, isu PHK massal, hingga mundurnya komisaris independen belum lama ini. Berdasarkan laporan keuangan KRAS 2018, tercatat utang mencapai US$ 2,49 miliar, naik 10,45% dibandingkan 2017 sebesar US$ 2,26 miliar. Utang jangka pendek yang harus dibayarkan oleh perusahaan mencapai US$ 1,59 miliar, naik 17,38% dibandingkan 2017 senilai US$ 1,36 miliar.

4. Garuda Indonesia
Ikut membantu Merpati, ternyata PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) sempat mengalami persoalan. Persoalan ini bermula ketika Garuda menyajikan laporan keuangan tahun buku 2018 tak sesuai dengan standar akuntansi. Persoalan ini sudah selesai, setelah Garuda akhirnya menyajikan ulang (restatement) laporan keuangan tahun buku 2018. Dalam penyajian ulang laporan keuangan tersebut, Garuda mencatatkan kerugian, bukan untung seperti yang dilaporkan sebelumnya. Setelah ada penyesuaian pencatatan, maskapai penerbangan ini merugi US$ 175 juta atau setara Rp 2,45 triliun. Beruntung pada kuartal I-2019 kinerja Garuda mulai membaik dan kembalii meraih untung. Sepanjang semester pertama 2019, Garuda akhirnya kembali mencatatakan untung senilai US$ 24,11 juta atau Rp 337,59 miliar.

5. Indofarma
Merujuk dari data BEI, kerugian yang diderita PT Indofarma Tbk (INAF) dalam 3 tahun terakhir membawa sahamnya anjlok hingga 83% sepanjang tahun ini hingga Kamis (17/10/2019). Meski pendapatannya masih naik-turun, kinerja INAF dinilai lebih parah dari PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF). Pasalnya perusahaan yang awalnya meraih untung pada semester I-2018, malah kembali merugi di semester I-2019. Melansir laporan keuangan, sepanjang paruh pertama 2019 total kerugian INAF sebesar Rp 24,36 miliar.


Artikel asli dari berita ini bisa dilihat di CNBC Indonesia dengan judul dan tautan berikut: Berat! Tak Hanya Merpati, 5 BUMN Ini PR Menteri BUMN Baru

Hide Ads