Fenomena ini menjadi perhatian ekonom Faisal Basri, terutama ketika Prabowo hari ini menyatakan siap bergabung sebagai menteri pertahanan (Menhan). Secara perlahan, oposisi mulai mendekat ke pemerintah.
"Tidak ada lagi oposisi semua menyemut ke kekuasaan, Pak Prabowo dikabarkan di Menteri Pertahanan, Pak Fadli Zon di Menkominfo," kata Faisal Basri dalam Bedah Buku karyanya bersama Haris Munandar berjudul 'Menuju Indonesia Emas: Menggapai Negara Maju Berkeadilan' Senin (21/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka menyemut dalam kekuasaan, wah makin ramai. Maka ini akan cenderung mengarah pada apa yang disebut despotic leviathan, raksasa lalim atau monster bengis," kata Faisal.
Hal lain yang menjadi catatan Faisal Basri adalah masalah kebebasan bersuara. Akademisi juga dihambat bersuara untuk menyampaikan pendapat terhadap pemerintah.
"Teman-teman Fakultas Ekonomi seluruh Indonesia membuat inisiatif meminta Presiden mengeluarkan Perppu, tetapi apa yang terjadi mereka menghadapi represif, padahal sebagian besar akademisi Pro Jokowi, saya Pro Jokowi. Ruang terbuka untuk menyampaikan sesuatu menjadi hilang," kata Faisal.
Karena itu, menghadapi kurangnya oposisi, peluang masih dimiliki oleh civil society. "Civil society, kita semua ada di situ, saya, media, mahasiswa. Perkuat civil society, kita jaga city liberty. Kebebasan tidak ada tawar menawar. Jangan sampai tergerogoti," jelas.
Artikel asli ini dapat dilihat di laman CNBC Indonesia dengan judul Prabowo ke Jokowi, Faisal Basri Ingatkan Soal 'Monster' Jahat.
(fdl/fdl)