Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan penerbitan surat utang global pada Oktober 2019 ini diharapkan menjaga momentum perekonomian nasional.
"Agregat demand kita lihat, ekspornya negatif dari sisi investasinya juga di bawah harapan yaitu dari 7% jadi 5% sehingga kita harus kerja agar tidak terlalu dalam," kata Sri Mulyani di Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (23/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari sisi issuance kita cari waktu yang tepat, harga yang baik dan yield yang kompetitif sehingga dalam pendanaan APBN disampaikan secara transparan untuk menjaga confidence maupun sustainability," imbuh dia.
Mengutip CNBCIndonesia.com Pemerintah diketahui kembali menawarkan obligasi global setara Rp 29,65 triliun. Adapun dalam denominasi dolar AS dan euro dengan target US$1 miliar dan 1 miliar euro. Nilai tersebut setara Rp 14,03 triliun dan Rp 15,62 triliun.
Berdasarkan keterangan beberapa pelaku pasar obligasi siang ini (23/10/19), ditunjukkan bahwa penerbitan itu berencana dilakukan pada efek utang bertenor 30 tahun dengan tingkat imbal hasil (yield) di sekitar 4,1%.
Seperti penerbitan-penerbitan global bond Indonesia sebelumnya, efek itu akan dicatatkan di Bursa Singapura (SGX-ST) dan Bursa Frankfurt.
Komite pengatur penerbitan (joint bookrunners) dalam penerbitan ini yaitu BNP Paribas, Citigroup, Goldman Sachs, Mandiri Securities, dan Standard Chartered Bank.
Selain itu, PT Danareksa Sekuritas dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM) bertindak sebagai co-managers. Saat ini, yield obligasi global Indonesia yang jatuh tempo 2049 berada pada kisaran 3,8%.
(kil/eds)