Kinerja APBN Kendor, Tanda Ekonomi RI Loyo?

Kinerja APBN Kendor, Tanda Ekonomi RI Loyo?

Danang Sugianto - detikFinance
Selasa, 19 Nov 2019 17:52 WIB
Foto: Zaki Alfarabi/Infografis
Jakarta - Beberapa target ekonomi yang dicanangkan pemerintah mulai terlihat jauh dari realisasi. Muncul anggapan bahwa ekonomi RI sedang loyo.

Hal itu diperkuat dari defisit anggaran sebesar Rp 289,1 triliun selama Oktober 2019 atau setara 1,8% dari PDB. Defisit itu lebih dalam dari yang dicatatkan pada periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 237 triliun atau 1,6% dari PDB.

Defisit anggaran Oktober 2019 itu dipicu oleh tekanan pertumbuhan pendapatan negara khususnya di sektor penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sektor migas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Di sisi lain, belanja negara juga mengalami tekanan namun tak sedalam tekanan pada sisi penerimaan. Realisasi belanja negara tumbuh 4,5%, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang sebesar 11%.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai apa yang terjadi saat ini merupakan kondisi yang sebenarnya. Menurutnya target yang dicanangkan pemerintah memang terlalu tinggi

"Jelas target penerimaan negara meleset jauh. Ini karena melambat ekonomi kita tapi juga target penerimaan negara yang terlalu tinggi," ujarnya kepada detikcom, Selasa (19/11/2019).

Menurut Tauhid, target-target yang dicanangkan pemerintah memang terlalu tinggi. Dia mencontohkan seperti penerimaan pajak yang ditargetkan tumbuh 11%.

"Pertumbuhan alamiah pajak biasanya 9%, nah ini dipaksa di atas 11 % per tahun. Jadi nggak realistis memang sejak awal," tuturnya.


Penerimaan perpajakan Januari-Oktober 2019 tercatat Rp 1.173,9 triliun. Jumlah ini masih mengkhawatirkan.

Pasalnya, jumlah tersebut hanya 65,7% dari target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019


(das/dna)

Hide Ads