Jakarta -
Pertumbuhan Indonesia belakangan cenderung melambat dan stagnan di level 5%. Padahal pemerintahan di bawah Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat menargetkan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 7%.
Data terakhir pada kuartal III-2019 pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 5,02%. Saat itu pertumbuhan investasi hanya 4,21% secara tahunan. Angka itu lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu yang tumbuh sebesar 6,29%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai pertumbuhan ekonomi yang monoton dikarenakan kinerja investasi yang mengecewakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sebenarnya bisa, tapi investasi seharusnya bisa tumbuh hingga double digit," tuturnya dalam seminar Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) di Grand Hyatt, Jakarta Pusat, Selasa (26/11/2019).
Sri Mulyani mengakui hal itu menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah dalam waktu dekat. Beberapa upaya pun tengah dilakukan seperti memangkas perizinan dengan berbagai regulasi.
"Simplifikasi kebijakan di kementerian dan lainnya, Pemda dan pemerintah pusat, terus kita perbaiki," jelasnya.
Selain itu, pemerintah juga tengah menyiapkan Undang-undang (UU) Omnibus Law. UU ini merupakan sapu jagat yang merevisi banyak aturan yang dianggap menghambat dan saling berbenturan.
"Sebelum akhir tahun ini Omnibus Law ini bisa kami serahkan ke DPR," tutupnya.
Lanjut ke halaman berikutnya >>>
Defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) masih menjadi pekerjaan rumah yang belum diselesaikan pemerintah. CAD sendiri masih dianggap salah satu tantangan bagi perekonomian Indonesia.
Sri Mulyani mengakui, CAD memang menjadi rintangan bagi perekonomian Indonesia. Apalagi masalah ini terus muncul seiring dengan pertumbuhan ekonomi.
"Setiap kita tumbuh lebih tinggi, kita ada masalah CAD. Itu memberikan kerentanan," ujarnya.
Namun menurutnya CAD bukan merupakan suatu hal yang dianggap dosa. Banyak negara lain yang memiliki masalah CAD tapi masih tetap bisa tumbuh.
"Tapi CAD bukan suatu dosa. Banyak negara di dunia tumbuh dengan CAD. Tapi mereka masih bisa melakukan pembiayaan berkelanjutan. Itu pendanaan ekonomi yang kuat," tambahnya.
Salah satu yang membuat Indonesia berkutat pada masalah CAD adalah defisit di sektor migas. Padahal hal itu bisa diselesaikan jika serius mengembangkan bauran energi.
"Indonesia punya banyak bauran energi, terutama energi terbarukan. Ini yang perlu dikembangkan," tuturnya.
Lanjut ke halaman berikutnya >>>
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai lambatnya laju investasi menjadi penyebab dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stagnan di level 5%. Untuk itu pemerintah melakukan berbagai cara untuk mengundang lebih banyak investor.
Caranya dengan melanjutkan penguatan seluruh instrumen kebijakan yang telah dibuat pemerintah. Salah satunya terkait dengan hambatan pengadaan lahan untuk proyek infrastruktur.
"Contohnya hambatan di sektor infrastruktur yang seringkali berkorelasi dengan hal akuisisi lahan," ujarnya.
Untuk mengatasi masalah itu, pemerintah akan merombak aturan-aturan tentang akuisisi lahan untuk proyek infrastruktur. Hal itu hanya untuk memastikan investor di sektor infrastruktur bisa lebih nyaman dan efisien.
"Kedua fokus pada proyek yang telah kami desain dan siapkan sejak 2014. Kami akan meningkatkan komitmen kami," ujarnya.
Sri Mulyani menekankan pemerintah saat ini terus berupaya untuk melibatkan pihak swasta. Tujuannya agar bisa ikut berperan dalam investasi di berbagai proyek infrastruktur yang sudah ada.
"Saya senang beberapa waktu lalu mendengar Kanada akan berkomitmen untuk berinvestasi di sini. Itu juga sebagai bentuk pembuktian kepada investor lain bahwa infrastruktur yang ada di Indonesia terbuka bagi swasta lainnya untuk ikut berinvestasi," tutur mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.
Sebelumnya Sr Mulyani pun menilai ekonomi Indonesia bisa saja tumbuh lebih tinggi dari 5%. Sayangnya pertumbuhan investasi tidak sesuai harapan.
"Kami sebenarnya bisa, tapi investasi seharusnya bisa tumbuh hingga double digit," tuturnya.
Pada kuartal III-2019 pertumbuhan ekonomi hanya 5,01%. Saat itu pertumbuhan investasi hanya 4,21% secara tahunan. Angka itu lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu yang tumbuh sebesar 6,29%.
Halaman Selanjutnya
Halaman