Kisah Ciputra, Ali Sadikin, dan Liem Sioe Liong

Kisah Ciputra, Ali Sadikin, dan Liem Sioe Liong

Pasti Liberti Mappapa, Melisa Mailoa - detikFinance
Rabu, 27 Nov 2019 08:22 WIB
2.

Bisnis Bareng Liem Sioe Liong

Kisah Ciputra, Ali Sadikin, dan Liem Sioe Liong
Foto: Achmad Dwi Afriyadi-detikcom

Ciputra, kalau kata anak-anak zaman now, termasuk orang yang tajir melintir. Menurut penaksiran majalah Forbes, Rabu (27/11/2019), Ciputra dan keluarganya punya harta senilai US$ 1,3 miliar atau Rp 18,2 triliun. Ciputra yang hari ini meninggal dunia pernah masuk urutan orang terkaya ke-27 di antara orang-orang paling kaya di negeri ini tahun 2018.

Ciputra sangat jeli menangkap peluang, dia juga pekerja keras. "Hobi beliau bekerja…. Beliau tidak pernah berhenti bekerja dan berpikir. Bahkan, ketika tidur pun demikian," Harun Hajadi, menantu Ciputra sekaligus Managing Director Grup Ciputra, menuturkan kepada detikcom beberapa waktu lalu.

Kerja keras dan kelihaian adalah kunci keberhasilan Ciputra, tapi ada pula andil sejumlah orang yang 'membukakan pintu' peluang usaha. Salah satunya adalah Liem Sioe Liong.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suatu kali pada awal 1970-an, ada dua tamu tak disangka yang menemui Ciputra. Mereka adalah Liem Sioe Liong dan mitranya, Djuhar Sutanto. Liem, kita tahu di kemudian hari, adalah orang terkaya di Indonesia dan pengusaha yang sangat dekat dengan keluarga Presiden Soeharto. Tapi, pada awal 1970-an, meski sudah tajir, bisnis Liem belum menggurita.

Liem dan Djuhar datang untuk mengajak Ciputra bekerja sama mengembangkan lahan di kawasan Sunter, Jakarta Utara. Liem, Ciputra menuturkan dalam biografinya, The Passion of My Life, mengajak dia sebagai pribadi, bukan sebagai Presiden Direktur Pembangunan Jaya.

Rupanya Liem terkesan oleh kinerja Ciputra di Jaya. Kebetulan saat itu Ciputra bersama dua sobat lamanya, Budi Brasali dan Ismail Sofyan, beserta sejumlah mitranya, tengah membangun perusahaan baru, PT Metropolitan Development. Lantaran modal yang sangat tipis, perusahaan ini hanya sanggup menggarap proyek-proyek kecil.

Tawaran Liem langsung ditangkap Ciputra. Tapi dia tak tertarik menggarap Sunter. Ciputra malah menyodorkan daerah lain di Jakarta Selatan kepada Liem, yakni kawasan Pondok Pinang.

"Kawasan ini bisa digarap menjadi perumahan mewah," Ciputra meyakinkan Liem dan Djuhar. Liem mengangguk setuju. Seluruh modal akan ditanggung oleh Liem dan Djuhar.

Liem sangat bermurah hati. Meski dia yang menanggung seluruh modal, Liem memberikan 50% saham kepada Ciputra dan teman-temannya di Metropolitan Development.

"Yang penting semua berjalan lancar dan hasilnya sesuai yang kita harapkan," kata Liem sembari tertawa saat bersalaman dengan Ciputra, menandai kesepakatan mereka. Maka jadilah PT Metropolitan Kentjana, perusahaan yang menjadi payung proyek perumahan mewah Pondok Indah. Di perusahaan patungan ini, Liem juga mengajak dua mitranya, Ibrahim Risjad dan Sudwikatmono.

Sukses besar di Pondok Indah, kerja sama Ciputra dan Liem terus berlanjut. Mereka bersama-sama mengembangkan kota mandiri Bumi Serpong Damai bermitra dengan kelompok Sinar Mas, juga proyek properti di sejumlah negara.

Kerja sama Liem dan Ciputra tak selamanya sukses. Pabrik baja PT Cold Rolling Mill Indonesia yang mereka dirikan tak berjalan sesuai rencana di atas kertas. Seperti juga grup Pembangunan Jaya, grup Metropolitan beranak-pinak jadi konglomerasi.

Model usaha kerja sama seperti di Proyek Senen dan Pondok Indah ini terus dipakai oleh Ciputra dan kelompok usahanya sampai hari ini.

"Sekarang grup Ciputra punya lebih dari 100 orang mitra," kata Antonius Tanan, Direktur Senior Grup Ciputra, kepada detikcom. Dengan punya banyak mitra, Ciputra tak hanya mengirit modal, tapi juga menekan risiko.

Bisa dipercaya oleh orang-orang sangat kaya seperti Liem Sioe Liong, Sukamdani Sahid Gitosardjono, keluarga Eka Tjipta Widjaja, dan sebagainya, tentu bukan hal gampang. Sebab, setiap proyek Ciputra biasanya melibatkan duit ratusan miliar, bahkan triliunan, rupiah.

"Yang pertama dan utama adalah integritas, jujur, dan berusaha selalu tepat janji," kata Antonius. Dia sangat kenal Ciputra karena sudah 30 tahun bergabung di kelompok usaha itu, sejak grup Ciputra masih kecil hingga sekarang menjadi salah satu raksasa properti di negeri ini.

Berita ini bisa dilihat juga di detikX melalui tautan berikut ini: Ciputra, Ali Sadikin, dan Liem Sioe Liong


(sap/ang)
Hide Ads