Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengaku sudah bertemu dengan para pengusaha yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki). Ternyata masih banyak negara lain yang memiliki peluang untuk masuknya produk CPO RI.
"Kelapa sawit tidak hanya di Eropa yang dibutuhkan, negara lain juga. Kebetulan kita baru terima asosiasi, ternyata ada negara-negara lain yang berpotensi seperti China, India, bahkan di Pakistan, Turki dan Bangladesh, yang secara kalkulasi bisa melebihi Uni Eropa," ujarnya saat mengunjungi detikcom, Jakarta, Rabu (27/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Mantap! B20 Mampu Hemat Devisa Rp 35 T |
Jerry yakin, pasar CPO RI tidak hanya bergantung dengan Uni Eropa. Dengan mencari pasar baru industri kelapa sawit Indonesia bisa terselamatkan.
Namun jika ingin mencari negara lain, apakah tidak menutup kemungkinan negara lain juga akan melakukan hal yang sama?
Menanggapi hal itu, Jerry meyakini bahwa negara lain tidak akan melakukan hal yang sama Uni Eropa seperti kampanye hitam. Sebab menurut dugaan alasan Uni Eropa melakukan hal itu lantaran memiliki produk minyak nabati termasuk rapeseed, minyak kedelai, minyak zaitun, minyak biji matahari, dan minyak nabati lainnya.
Faktor kedua, lanjutnya, Uni Eropa adalah organisasi kawasan yang menurutnya lebih sulit untuk melakukan negosiasi dagang dibanding dengan sebuah negara.
"Dia hanya ingin menunjukkan bahwa secara kolektif dia bisa entertain negara anggota. Itu berbeda dengan kita bicara bilateral, misalnya dengan China nggak seperti itu, karena pendekatannya lebih mudah kalau pendekatannya one on one," tegasnya.
"Jadi saya yakin itu tidak akan digunakan negara lain siapapun termasuk negara big power seperti AS dan China. karena kita selalu ada jalan untuk menunjukkan kita saling butuh," tutupnya.
(das/ang)