"Innalillahi wa inna illaihi rajiuun. Telah meninggal dunia, Bapak Ir Ciputra, Chairman dan Founder Ciputra Group di Singapore pada tgl 27 November 2019 pk 1:05 waktu Singapore," tulis Panji melalui akun Twitternya.
Begitu banyak kenangan yang melekat pada sosok Ciputra, salah satunya tentang kesederhanaan. Kabarnya Konglomerat properti ini hanya punya sepasang sepatu untuk aktivitas sehari-hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kisah Konglomerat Ciputra dan Sepasang Sepatunya
Foto: Danang Sugianto/detikFinance
|
Meski punya harta melimpah, Ciputra bisa dikatakan pengusaha yang sederhana. Hal itu itu diungkapkan oleh Cipta Ciputra Harun yang merupakan generasi ketiga keluarga Ciputra.
Dalam catatan detikcom 2017 lalu, Cipta mengatakan, kakeknya hanya menggunakan sepasang sepatu untuk berpergian kemana-mana.
"Dia nggak pernah mikirin sepatunya apa, bajunya apa. Sepatu dia cuma satu, New Balance warna hitam, entah tahun berapa belinya. Nggak ganti-ganti," ujar Cipta.
Baca selengkapnya di sini: Mengenang Ciputra, Konglomerat yang Cuma Punya Sepasang Sepatu
Jonan & Susi Jawab Gosip Mau ke BUMN
Foto: Istimewa
|
Mulai dari mantan Menteri ESDM Ignasius Jonan, mantan Menkominfo Rudiantara, hingga mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti terkena gosip ini. Bagaimana respons Susi?
Baca selengkapnya di sini: Digosipkan Masuk BUMN, Ini Jawaban Susi hingga Jonan
Ciputra Akan Dimakamkan di Jonggol
Foto: Andhika Akbarayansyah/Tim Infografis
|
Mengutip CNBC Indonesia, Rabu (27/11/2019), jenazah Ciputra akan tiba di Jakarta nanti malam. Setelah itu, jenazah akan disemayamkan di Ciputra Artpreneur lantai 11, Ciputra World 1, Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan.
"Jumat tanggal 29 November 2019 jenazah akan disemayamkan di Ciputra Artpreneur lantai 11. Kamis 5 Desember 2019, jenazah akan dikebumikan di pemakaman keluarga di Jonggol," kata salah satu sekretaris Ciputra, Hilda.
Baca selengkapnya di sini: Ciputra akan Dimakamkan di Jonggol
Ciputra, dari Atlet PON Jadi Konglomerat Properti
Foto: Danang Sugianto/detikFinance
|
Pada hari itu, Pemerintah Kota Manado meminta Sekolah Don Bosco mengizinkan Tjin Hoan bergabung dengan kontingen Sulawesi Utara untuk mengikuti Pekan Olahraga Nasional II di Lapangan Ikada, Jakarta.
Di tingkat SMA di Sulawesi Utara, Tjin Hoan memang dikenal sebagai jago lari jarak menengah. Spesialisasinya adalah lari 800 meter dan 1.500 meter. Tak ada lagi lawannya di Sulawesi Utara.
"Bukan main! Ke Jakarta!" Tjin Hoan, yang kini lebih dikenal sebagai Ciputra, mengenang, dikutip dalam biografinya, The Passion of My Life karya Alberthiene Endah. Ciputra yang hari ini tutup usia meluncurkan biografinya pada akhir November 2017 silam di Jakarta. Kini semua orang tahu siapa Ciputra, seorang konglomerat dan salah satu raja properti di negeri ini.
Baca selengkapnya di sini: Mengenang Ciputra, dari Atlet PON Jadi Konglomerat Properti
Ciputra, Ali Sadikin, dan Liem Sioe Liong
Foto: Ilustrasi: Edi Wahyono
|
Tapi justru dialah yang diminta oleh Presiden Sukarno memimpin Ibu Kota Jakarta pada 1966, melewati badai krisis ekonomi dan krisis politik sekaligus.
Kala itu, sudah lebih dari lima tahun Ciputra dan PT Pembangunan Jaya menggarap proyek peremajaan kawasan Senen. Proyek tersebut merayap pelan lantaran dibelit rupa-rupa masalah. Bukan cuma duit yang tipis, tapi yang utama urusan penggusuran dan relokasi warga yang terimbas proyek.
Masalah pertama adalah seorang mayor yang tinggal di Senen dan menolak pindah. Berkali-kali upaya membujuk dia agar pindah tak membawa hasil. Sang mayor malah datang langsung ke kantor Ciputra. Sembari marah-marah, dia masuk ke ruangan Ciputra, menggebrak meja dan meletakkan pistolnya.
Baca selengkapnya di sini: Kisah Ciputra, Ali Sadikin, dan Liem Sioe Liong
Halaman 2 dari 6