CT Bagikan Sederet Tips Gaet Milenial ke Pengusaha Ritel

CT Bagikan Sederet Tips Gaet Milenial ke Pengusaha Ritel

Aditya Mardiastuti - detikFinance
Senin, 02 Des 2019 22:20 WIB
Founder and Chairman CT Corp Chairul Tanjung hadiri acara APRINDO di Bali/Foto: Aditya Mardiastuti/detikcom


CT juga menyinggung soal tren berfoto seperti memegang Menara Eiffel di Paris, Prancis hingga salju di Swiss yang digemari kaum milenial. Oleh karenanya dia membuatkan wahana tersebut di Trans Studio.

"Menara Eiffel ada yang suka diginiin (mencontohkan gaya selfie) kalau teman-temannya punya kayak gitu dia nggak punya harga dirinya terganggu. Makanya di Trans Studio saya bangunin Menara Eiffel juga, soal salju seperti di Swiss tapi kan mahal ini masalah harga diri sekarang di Bekasi saya buatin Swiss kalau orang belum pernah kan nggak tahu," beber CT.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Insyaallah Desember ini kita buka snow city di Bintaro tapi temanya beda bukan di Swiss tapi Fuji Mountain seperti di Jepang. Mereka lebih conscious, mereka olah raga penting, makanan juga yang lebih healthy mereka lebih appreciate dan mereka juga banyak spender dan spendernya lain," sambungnya.

Dengan karakteristik ini kaum milenial memang pasar yang mudah mengeluarkan uang untuk gaya hidup. Salah satu contohnya boros untuk skin care alias perawatan kulit.

"Kaum milenial ini lucu buat mereka lebih baik mukanya tidak berjerawat daripada mereka harus berjerawat tapi punya uang. Jadi lebih baik uangnya beli skin care daripada ditabung buat beli rumah, rumah tidak penting karena ada rumah mertua, tapi jerawat jauh lebih penting, tapi jerawat, selfie post. Jangan ketawa karena nggak cuma perempuan laki-laki juga," cetus CT.

CT menyebut para pelaku ritel harus jeli melihat peluang. Dia mendorong agar para pelaku retail tak takut untuk bertransformasi mengikuti perkembangan zaman.

"Ada beberapa yang survive harus mengubah dari mal yang tadinya menjual barang saja menjadi experience mal, karena apa orang sekarang mau datang ke mal untuk dapatin experience yang berbeda makan, ketemu orang, untuk itu harus dilakukan yang namanya sebuah proses transformasi mal itu bukan tempat barang tetapi tempat bertemunya manusia dalam kebutuhan dia sebagai human being," pesannya.

(ams/hns)

Hide Ads