5 Fakta Soal Ari Askhara, Dirut Garuda yang Dicopot Erick Thohir

5 Fakta Soal Ari Askhara, Dirut Garuda yang Dicopot Erick Thohir

Puti Yasmin - detikFinance
Jumat, 06 Des 2019 11:20 WIB
5 Fakta Ari Askhara, Dirut Garuda yang Dicopot Erick Thohir/Foto: Dirut Garuda Ari Askhara (Herdi Alif Al Hikam/detikFinance)
Jakarta - Nama Ari Askhara santer dibicarakan karena kasus penyelundupan Harley dan Brompton di pesawat Garuda Indonesia. Lantas, seperti apa sosok Ari Askhara sebenarnya?

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan berdasarkan hasil investigasi komite audit, motor Harley tersebut adalah pesanan seseorang berinisial AA. Atas hal itu, Erick mengaku akan memberhentikan Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara yang akrab disapa Ari Askhara.

"Dengan itu, saya di dalam Kementerian BUMN akan memberhentikan Direktur Utama Garuda," ungkap dia di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (6/12/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Berikut fakta-fakta Ari Askhara yang dirangkum detikcom:

1. Lulusan UGM

Ari Askahara merupakan lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Gadja Mada (UGM). Ia menempuh pendidikan selama empat tahun hingga akhirnya mulai berkarier.

2. Keluarga

Pria bernama lengkap I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra ini lahir pada 13 Oktober 1971. Ari Askhara juga memiliki istri bernama I Gusti Ayu Rai Dyana Dewi.

3. Karier di Perbankan

Sebelum masuk Garuda Indonesia, ia berkarier selama 11 tahun di Bank Ekspor Impor Indonesia yang sekarang menjadi Bank Mandiri. Kemudian, Ari Askhara juga menjajal perbankan internasional, seperti Deutsche Bank, Investment Bank, hingga ANZ Indonesia.




4. Masuk Garuda

Pada September 2018, Ari Askhara ditunjuk sebagai Dirut Garuda Indonesia. Sebelumnya, ia juga sempat menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda pada 2014. Namun tak lama dipindah ke Wijaya Karya dan ke Pelindo III hingga akhirnya kembali ke Garuda Indonesia.

5. Tersandung Kasus

Ari Askhara tersandung kasus penyelundupan Harley dan sepeda dalam pesawat baru Airbus A330-900. Akibat hal itu, diperkirakan negara mengalami kerugian sebesar Rp 1,5 miliar.


(pay/nwy)

Hide Ads