Menurut Kabul, masyarakat yang bisa menilai sendiri apakah hal tersebut sudah terwujud. Namun, ia menegaskan bahwa masyarakat dalam memberi penilaiannya juga paham bahwa TVRI adalah lembaga penyiaran publik yang berbeda orientasinya dengan swasta.
"Saya kira masyarakat bisa melihat sendiri, tapi poinnya masyarakat jangan menyamakan TVRI dengan swasta," tutur Kabul.
Namun, secara khusus ia mengatakan bahwa TVRI di bawah kepemimpinan Helmy Yahya memang masih perlu melakukan sejumlah perbaikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tentunya, hal tersebut menjawab pertanyaan-pertanyaan atas kebijakan Helmy yang selama ini menimbulkan kontroversi, seperti penayangan program-program internasional yakni Liga Premier Inggris, dan juga Discovery Channel. Atas program-program yang diinisiasikan Helmy, Dewas punya penilaian sendiri.
"Jadi siaran olah raga itu kan konten yang dibutuhkan masyarakat, termasuk dari luar negeri. Namun LPP TVRI juga tidak boleh kemudian mengabaikan program-program olah raga lokal. Indonesia itu kan punya berbagai jenis olah raga, kita harus berusaha untuk empowering olah raga lokal ini, sehingga menjadi sesuatu yang memotivasi masyarakat," urainya.
Ia pun menegaskan bahwa TVRI bukan televisi yang berorientasi pada rating. Program TVRI harus punya peran dalam memberdayakan masyarakat.
"Di setiap daerah kan juga ada program-program seperti liga dan sebagainya, itu tidak boleh dilupakan. Karena tugas kita adalah memberdayakan, itu untuk olah raga. KIta berbeda dengan swasta. Kalau swasta kan orientasinya yang mengundang rating tinggi, TVRI Itu berbeda. TVRI mencari program-program yang menarik perhatian publik, sesuai kebutuhannya, tapi ada pemberdayaan, menggairahkan," ucap Kabul.
Meski banyak hal yang menjadi pertimbangan Dewas dalam mengeluarkan SPRP tersebut, namun Kabul tak bisa bicara banyak. Hal tersebut merupakan persoalan internal.
"Terkait dengan itu saya harus menyampaikan bahwa hal-hal yang berkaitan dengan SPRP, saya tidak bisa menyampaikan," ungkap dia.