Luhut Panggil Pengusaha Bahas Perjanjian Dagang RI-AS, Ini Hasilnya

Luhut Panggil Pengusaha Bahas Perjanjian Dagang RI-AS, Ini Hasilnya

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 12 Des 2019 19:48 WIB
Foto: Achmad Dwi Afriyadi
Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengundang Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani ke kantornya. Undangan ini untuk membahas kelanjutan kerja sama dagang antara Indonesia dengan Amerika Serikat (AS).

Ditemui usai rapat Hariyadi menyebut pihaknya melanjutkan pembahasan soal kerja sama Apindo dengan US Chamber of Commerce (Kamar Dagang AS). Salah satunya adalah membuat kantor perwakilan di kedua negara.

"Kita follow up soal yang mau buat office bersama dengan US Chamber kan kita mau dorong ekspor. Kita mau proyek ini jadi bersama antar US Chamber dan Apindo maka pengelolaan perdagangan akan lebih bagus," ucap Hariyadi di Kantor Luhut, Jakarta Pusat, Kamis (12/12/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nantinya, perdagangan antara Indonesia dan AS akan semakin intens dengan perjanjian ini. Hariyadi mengatakan bahwa Indonesia dipilih karena memiliki defisit dagang yang rendah dengan AS. Kebetulan, AS pun sedang mencari pengganti barang-barang impor asal China.


"Ini posisi kita bagus, perdagangan kita sama mereka defisitnya kan kecil, jadi mereka cari negara yang defisit perdagangannya kecil. Kan dia juga sedang cari pengganti impor dari China, kita punya potensi itu. Amerika akan berikan ke kita apa yang kita butuhkan. Kita pun akan support permintaan mereka," ucap Hariyadi.

Diprediksi ekspor Indonesia ke AS akan meningkat sampai US$ 60 juta lima tahun setelah perjanjian ini dimulai. Dia mengatakan kemungkinan produk ritel yang jadi andalan ekspor menuju AS, mulai dari furnitur sampai makanan dan minuman.

"Target kita perdagangannya US$ 60 juta, 5 tahun dari sekarang. Tahap awal kemungkinan retail ya yang diekspor, consumer goods, furniture, makanan, minuman, karena selama ini US dapatkan itu dari China," papar Hariyadi.

Targetnya, kerja sama ini bisa dimulai paling lambat Januari tahun 2020. "Target emang Desember tapi paling lambat Januari besok lah," ungkapnya.




(fdl/fdl)

Hide Ads