Jokowi Jengkel Neraca Dagang Tekor, Tol Japek Layang Bergelombang

Round-Up 5 Berita Terpopuler

Jokowi Jengkel Neraca Dagang Tekor, Tol Japek Layang Bergelombang

Danang Sugianto, Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Senin, 16 Des 2019 21:00 WIB
Jokowi Jengkel Neraca Dagang Tekor, Tol Japek Layang Bergelombang
Presiden Jokowi sidang kabinet/Foto: Andhika Prasetia/detikcom
Jakarta - Berita terpopuler detikFinance Senin (16/12/2019) tentang Presiden Joko Widodo (Jokowi) jengkel neraca perdagangan Indonesia tekor terus gara-gara impor masih tinggi. Jokowi mengungkapkan kejengkelannya itu saat berbicara tentang defisit neraca perdagangan.

Kebetulan Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data ekspo impor November 2019. Menurut catatan BPS, neraca perdagangan Indonesia pada November 2019 negatif US$ 1,33 miliar. Angka tersebut berasal dari ekspor November 2019 sebesar US$ 14,01 miliar dan impor sebesar US$ 15,34 miliar.

"Kalau dibandingkan nilai ekspor berarti November defisit cukup dalam US$ 1,33 miliar," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Senin (16/12/2019)..

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain tentang neraca dagang tekor, berita terpopuler lainnya adalah tentang tol Jakarta Cikampek (Japek) layang bergelombang. Penasaran pengin tahu informasi selengkapnya? Baca 5 berita terpopuler detikFinance berikut ini:
Presiden Joko Widodo (Jokowi) jengkel lantaran Indonesia selalu mengalami defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) dan defisit neraca perdagangan. Kondisi tersebut disebabkan Indonesia yang doyan impor.

"Kita ini berpuluh tahun memiliki masalah besar yang namanya defisit transaksi berjalan, defisit neraca perdagangan gara-gara impor kita lebih besar dari ekspor kita. Dikit-dikit ngimpor, dikit-dikit ngimpor," kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin (16/12/2019).

Hal itu dia sampaikan dalam Pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Impor paling besar ini disumbangkan oleh energi dan barang modal maupun bahan baku. Namun untuk barang modal dan bahan baku, dirinya tak mempermasalahkan lantaran bisa diekspor kembali.

"Sebenarnya barang modal dan bahan baku nggak apa-apa karena bisa kita reekspor. Tapi yang berkaitan dengan energi sudah luar biasa. Minyak yang dulunya kita nggak impor, sekarang impor," ujarnya.

Baca selengkapnya di sini: Jengkel Neraca Dagang Tekor Melulu, Jokowi: Dikit-dikit Impor!

Tol Jakarta-Cikampek II (Elevated) atau Tol Japek Layang tak memiliki struktur jalan yang datar. Melainkan, jalannya naik turun alias bergelombang.

Bukan tanpa alasan, Pimpinan Proyek Area 1 PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek (JJC) Prajudi mengatakan, tol ini dibuat naik turun karena mengikuti struktur yang ada di bawahnya.

Dia menerangkan, pembangunan Tol Layang sebenarnya diupayakan tidak terlalu tinggi dibanding dengan jalan yang sudah ada (eksisting). Namun, karena mesti melewati jembatan lain maka mau tak mau Tol Layang juga ditinggikan.

"Sebenarnya kita sedapat mungkin tidak terlalu tinggi dari badan jalan eksisting, cuma pada saat melewati overpass bagaimanapun harus meninggikan jalur, jadi memang kelihatan naik turun menyesuaikan struktur di bawah, yaitu overpass dan jembatan-jembatan," ujarnya di Simpang Susun Cikunir, Bekasi, kemarin (15/12/2019).

Baca selengkapnya di sini: Tol Japek Layang Bergelombang, Aman Nggak Sih?

Vivian Que Azcona adalah wanita asal Filipina yang mengantongi kekayaan, menurut data Forbes, hingga US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 16 triliun (kurs Rp 13.973). Kekayaannya ia peroleh dari bisnis ritel apotek ternama di Filipina, yakni Mercury Drug. Dilansir dari Entreprises Asia, Mercury Drug memiliki lebih dari 1.000 gerai yang tersebar di seluruh Filipina.

Vivian adalah anak tertua dari Mariano Que, pendiri Mercury Drug. Mengikuti bidang yang digeluti ayahnya, Vivian pun mengambil jurusan kuliah farmasi di Universitas Santo Thomas.

Vivian yang memperoleh predikat cumlaude atau lulusan terbaik juga tak butuh waktu lama untuk memperoleh hasil ujian lisensi farmasi. Usai memperoleh lisensi, Vivian langsung mempelajari rantai distribusi pengecer farmasi.

Di bawah pengawasan langsung dari Dr. Que, ia belajar bisnis dan meningkatkan kariernya, mulai dari pergudangan hingga distribusi, dari inventaris dan pengendalian stok hingga operasi toko, tak lupa juga perdagangan hingga pemasaran, pengembangan dan pelatihan SDM hingga penelitian, keuangan, dan manajemen keseluruhan untuk mempersiapkan dirinya ketika mendapat jabatan tinggi di perusahaan.

Baca selengkapnya di sini: Ratu Apotek Berharta Rp 16 Triliun

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada November 2019 negatif US$ 1,33 miliar. Angka tersebut berasal dari ekspor November 2019 sebesar US$ 14,01 miliar dan impor sebesar US$ 15,34 miliar.

Demikian disampaikan oleh Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Senin (16/12/2019).

"Kalau dibandingkan nilai ekspor berarti November defisit cukup dalam US$ 1,33 miliar," katanya.

Dengan total nilai impor US$ 15,34 miliar, maka dibandingkan Oktober 2019 impor naik 3,94%. Peningkatan impor terjadi baik di komoditas migas maupun non migas.

Baca selengkapnya di sini: Ekspor Lesu, Neraca Dagang RI Tekor US$ 1,33 Miliar

Ngerinya risiko berutang di pinjaman online tak hanya terjadi di Indonesia. Di China juga ada beberapa kisah yang menunjukkan sadisnya pinjaman online menghantui si peminjam.

Melansir dari straitstimes.com pada Senin (16/12/2019), seorang insinyur telekomunikasi bernama Peng Jiezhao harus mengalami kejadian tak mengenakkan usai berutang dari situs pinjol Tiongkok untuk membeli smartphone baru dan sneakers. Awalnya ia hanya meminjam sebanyak 300 yuan atau sekitar Rp 600 ribu (dengan kurs Rp 2.000/yuan).

Namun pinjaman tersebut malah menyeretnya ke dalam 'jurang maut'. Entah karena ketagihan berutang atau sulit membayar, dia kemudian terjerat pinjol yang lain. Dia pada akhirnya meminjam ke 20 penyedia layanan pinjol.

Utangnya menggunung hingga 100.000 yuan atau sekitar Rp 200 juta!

"Tidak peduli berapa banyak uang yang saya hasilkan, saya tidak memiliki apa pun yang tersisa untuk diri saya sendiri dan harus menggunakan hampir semuanya untuk melunasi utang," kata Peng.

Baca selengkapnya di sini: Kisah Tragis Korban Pinjol: Pinjam Rp 600 Ribu Harus Bayar Rp 200 Juta

Hide Ads