"Betul, iya masih mahal memang tiket domestik ya," kata dia saat dihubungi detikcom, Jumat (27/12/2019).
Dia menjelaskan mahalnya tiket pesawat dipicu oleh maskapai Garuda Indonesia yang tidak lagi memberlakukan tarif bervariasi alias sub kelas tarif. Artinya tidak ada lagi alokasi tarif murah dalam satu penerbangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harga promonya, yang domestik ya harga promo domestik itu kelas-kelas murahnya tidak dikeluarkan, tidak dibuka. Otomatis ini kan memicu maskapai-maskapai lain. Jadi mereka ikutin, paling mereka cuma murah berapa ratus ribu dari Garuda," sebutnya.
Tingginya harga tiket pesawat menurutnya konsisten sejak tahun lalu, tepatnya November 2018.
"Nah dari mulai tahun lalu, November stagnan di batas atas terus (harga tiket pesawat). Jadi kelas promonya nggak dibuka," tambahnya.
Diketahui, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Wishnutama Kusubandio sebelumnya menyatakan bahwa wisatawan masih mengeluhkan tingginya harga tiket pesawat.
"Ya memang kenyataannya begitu (tiket mahal), wajar aja kalau wisatawan mengeluh. Masih ada keluhan memang," kata Wishnutama usai rapat Danau Toba di Kantor Kemenko Maritim dan Investasi, Jakarta Pusat, Senin (23/12/2019).
(toy/eds)