Menurut ekonom Bank Permata Josua Pardede ada sejumlah risiko buat Indonesia jika menjadikan emas sebagai alat tukar antar negara. Pertama karena emas memiliki harga intrinsik yang mahal.
Tak hanya itu, emas dari sisi harga juga sangat mudah terpengaruh kondisi eksternal. Begitu ada sentimen negatif maka harga emas akan melonjak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyarankan Indonesia tetap menggunakan mata uang sebagai alat tukar. Apalagi Indonesia bukan negara dengan cadangan emas yang melimpah.
Bagi negara yang punya cadangan emas dalam skala besar, menjadikan komoditas tersebut sebagai alat tukar tak masalah karena menurutnya bisa memonopoli harga atau mengendalikan harga.
"Iya saya pikir sih mata uang masih lebih (baik). Ya untuk beberapa negara dengan cadangan (atau) penghasil emas sih nggak masalah ya karena itu dia bisa memonopoli harga juga ya, bisa men-setting harga ya," terangnya.
Atas pertimbangan itu, sulit untuk menentukan nilai yang adil dari sebuah emas. Jadi dilihat dari sisi pasarnya sendiri, komoditas ini cukup kompleks.
"Pendalaman pasarnya sendiri pasar komoditi kan belum begitu dalam ya. Jadi saya pikir risikonya lebih besar," tambahnya.
(toy/eds)











































