Ini Kronologi Insiden 'Penahanan' Penumpang Versi Garuda Indonesia

Ini Kronologi Insiden 'Penahanan' Penumpang Versi Garuda Indonesia

Tim detikcom - detikFinance
Senin, 06 Jan 2020 13:15 WIB
Ilustrasi/Foto: Hasan Alhabshy
Jakarta - Pihak pegawai PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memberi penjelasan terkait insiden 'penahanan' penumpang pada penerbangan Cengkareng-Bali beberapa waktu lalu.

Dari penjelasan karyawan yang diterima detikcom, Senin (6/1/2020), Ni Wayan Seiko yang saat itu bertugas sebagai awak kabin. Ia melayani 6 penumpang di C class.

Selama penerbangan ini, Ni Wayan bersama Anisa Fajarwati fokus untuk melayani dan membantu keluarga KA dikarenakan mereka bepergian dengan 3 orang anak dan satu penumpang yang bukan merupakan keluarganya yaitu FN yang tertidur sepanjang perjalanan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami membantu menyajikan makanan, selalu menanyakan kebutuhan terutama saat anaknya muntah di cabin dan sampai membantu memindahkan baby sitter mereka dari nomor 41 di Y class ke barisan nomor 21 sebelum mendarat untuk mempermudah proses di embarkasi dan agar lebih dekat dengan keluarga KA dan tidak terpisah setelah mendarat nanti," paparnya.


Dia melanjutkan, kurang lebih pukul 12.05, captain pilot mengumumkan bahwa mengalami holding di sebelah barat daya Bandara Ngurah Rai sehingga menyebabkan keterlambatan pendaratan menjadi pukul 12.45. Tidak lama, Capt Widi memberi pengumuman lagi bahwa holding diperpanjang sehingga waktu pendaratan diperkirakan menjadi pukul 13.00.

"Tidak lama sekitar pukul 12.35 bayi RE menangis dan saya menghampiri dan menawarkan bantuan apa yang dapat saya berikan. Dia bilang, JW melemparkan pertanyaan berapa lama lagi delay ini memakan waktu. Ia pun menjawab 35 menit," kata Wayan.

Dengan nada keras, JW mengatakan anak tersebut sudah tak tahan dan menunjuk bayi.

"Saya segera meminta maaf dan menawarkan bantuan lain kembali dan menawarkan sajian minuman kepada ibu JW dan Bapak KA namun mereka menolak," ungkapnya.

Selanjutnya, setelah command 'flight attendant prepare for landing', Ni Wayan mempersiapkan cabin untuk melakukan pendaratan. Lalu, kurang lebih pukul 12.44 yaitu 2 menit setelah dirinya melaporkan 'cabin ready for landing' kepada Capt, KA dan anaknya menghampiri dan mengatakan bahwa anaknya hendak buang air besar. Saat itu, dirinya dalam posisi duduk di jump seat dengan mengenakan shoulder harness dan seat belt.

"Saya menjelaskan bahwa kami sudah akan mendekati waktu pendaratan beberapa saat lagi dan prosedur kami tidak memperbolehkan penumpang menggunakan kamar kecil selama proses ini. Bapak KA memaksa saya mengambil keputusan karena bisa saja anaknya BAB di celana," jelasnya.

Ia pun menjelaskan kembali bahwa kru sudah melaporkan kesiapan pendaratan. Jika, KA tetap ingin menggunakan kamar kecil, dirinya dapat menghubungi Captain untuk menjelaskan kondisinya sehingga jika perlu menunda pendaratan.


Namun, hal ini kemungkinan beresiko lantaran akan berputar lagi dan perlu menunggu izin pendaratan kembali. Saat itu, ia juga mempertimbangkan JW yang sebelumnya meminta ingin segera mendarat karena bayi RE menangis.

"Bapak KA tidak menjawab dan segera kembali ke tempat duduk dan meneriakkan kata kasar yaitu 'TAIK GARUDA!!'," paparnya.

Wayan dan Anisa Fajarwati mendengar jelas kata tersebut. Lalu, setelah adanya aba-aba 'flight attendant landing position', KA berbicara dengan suara lantang dari tempat duduknya yaitu 'Kalau dari ngobrol tadi saya bisa ke toilet, udah selesai. Landing landing aja'.

Jelasnya, setelah mendarat KA terus mengucapkan bahwa pelayanan Garuda buruk dan akan meminta refund dikarenakan tidak mendapatkan garbarata setibanya di Bali. Setelah mendarat, Wayan hendak mengucapkan terima kasih atas pengertian dan meminta maaf kembali atas keterlambatan. Namun, KA membuang muka dan tidak mendengarkan ucapan terimakasih.

"Saya menyampaikan kejadian ini kepada Capt Widi dan Capt Widi segera mengambil tindakan menahan keluarga KA di terminal," ujarnya.

Di terminal, ia bertemu kembali dengan keluarga KA beserta beberapa petugas Avsec dan petugas darat Garuda.

"Saya dipanggil dan diminta menjelaskan kejadian ini kepada petugas Avsec dan saya menceritakannya. Bapak KA memanggil saya dan menanyakan apakah benar beliau mengucapkan kata kasar, saya menyampaikan bahwa saya dan FA Anisa Fajarwati betul mendengarnya dengan jelas. Karena Capt Widi sudah menyerahkan kejadian tersebut kepada petugas darat, Capt mengarahkan kami untuk pulang," paparnya.

Sementara itu, Jessica dalam akun Twitter-nya mengatakan bahwa pihaknya tidak meminta refund terhadap kejadian tersebut. Ia juga sebelumnya menjelaskan kronologi kejadian yang dialaminya. Namun, pihak Jessica belum merespons untuk dikonfirmasi lebih jauh terhadap kejadian tersebut.

"Sampai detik ini saya tidak pernah meminta refund dalam bentuk apapun," cuitnya.

Ini Kronologi Insiden 'Penahanan' Penumpang Versi Garuda Indonesia



(ara/ara)

Hide Ads