Menurut ekonom Institute for Development of Economics & Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara, gim online yang berasal dari asing berkontribusi membuat neraca transaksi berjalan di Indonesia tekor. Apalagi jika melihat jumlah gamer di Indonesia yang banyak.
"Data terakhir yang saya punya 34 jutaan orang gamer yang aktif. Jika developernya dari perusahaan asing itu yang membuat neraca transaksi berjalan kita juga cukup tekor atau neraca pembayaran kita terganggu," kata Bhima kepada detikcom, Senin (6/1/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Main PUBG Bikin Negara Rugi, Kok Bisa? |
"Kita ini hanya menjadi konsumen. Belum banyak yang mampu menjadi developer untuk menandingi developer-developer asing," ujar dia.
Bhima menjelaskan, jika ini dibiarkan dalam jangka panjang maka nilai tukar rupiah akan lemah terhadap dolar atau mata uang asing lainnya. Hal itu lantaran terjadi pertukaran mata uang setiap pemain gim online membeli beragam produk permainannya.
"Misalnya saya mau upgrade gim, mau naikin level saya beli voucher, saya transfer tuh saya top up misalkan Rp 200 ribu. Nah kan saya top up-nya dalam bentuk rupiah, tapi karena developernya asing jadi rupiahnya tadi akan dikonversi menjadi dolar. Kalau permintaan dolar lebih banyak dalam jangka panjang, rupiahnya akan melemah," terang Bhima.
Dihubungi secara terpisah, hal senada dikatakan oleh Pengamat Ekonomi dari PT Bank Central Asia (BCA) David Samual. Menurutnya, keberadaan gim online asing dapat mengurangi cadangan jumlah devisa negara Indonesia.
"Mereka (gamer) suka beli avatarnya, shop nya macam-macam, ya itu devisa sebenarnya memang," kata David.
(zlf/zlf)