Meski begitu, ada catatan dalam kondisi ekonomi dalam negeri di 2019. Catatannya adalah menurunnya nilai ekspor dibandingkan 2018.
"Tahun ini hampir seluruhnya negatif growth, impor juga. Tahun ini dari kuartal I sampai kuartal III semua growth-nya kontraksi ini yang membedakan kondisi 2019 di mana agregat demand dari eksternal investasi juga menurun," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (7/1/2020). kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (7/1/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain ekspor, nilai impor juga sedikit mengalami tekanan dan berimbas pada produksi. Impor yang mengalami tekanan ialah impor barang modal.
"Faktor eksternal tadi di 2019 secara total defisit kita memang alami penurunan US$ 3,1 miliar pada November 2019 defisit ini karena kontraksi impor yang lebih dalam. Dua-duanya alami penurunan itu menggambarkan aktivitas yang positif," katanya.
Sri Mulyani mencatat, nilai ekspor mengalami penurunan 7,6% sepanjang 2019. Sementara penurunan impor lebih tinggi dari ekspor, yakni turun 9,9% karena kebijakan pencampuran bahan bakar dengan biodiesel.
"Ekspor turun 7,6% (di 2019) karena permintaan global batu bara komoditas alami penurunan, impor kita penurunan lebih dalam lagi yakni 9,9% kita mengurangi penurunan impor ini karena da kebijakan biodiesel," katanya.
(fdl/fdl)