Ketegangan antara dua negara dengan ekonomi terbesar dunia kemungkinan berlanjut tahun ini. Keduanya akan memasuki pembicaraan lebih lanjut yang diperkirakan lebih sulit dibandingkan fase pertama.
Ditambah lagi Uni Eropa tak bisa berkutik karena perselisihan dagang dengan negeri Paman Sam. Kemudian Inggris yang jika lepas dari Uni Eropa harus menjalin hubungan dagang baru dengan mitra ekspor terbesarnya.
"Apakah kita berada di tempat yang pas? Tidak," kata Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dikutip dari CNN, Kamis (16/1/2020). Namun ia mengatakan bahwa ini adalah langkah yang baik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini tidak menandai berakhirnya ketegangan antara AS dan China," tulis analis Capital Economics.
Sebanyak dua pertiga impor AS dari China sekitar US$ 370 miliar masih akan dikenakan tarif setelah perjanjian ini diteken. Lebih dari setengah ekspor AS ke China juga begitu.
"Penurunan tarif adalah hal yang baru," tulis Chad Brown, mantan ekonom Bank Dunia.
China dinilai yang paling diuntungkan dengan kesepakatan yang dicapai, ketimbang AS. Benarkah?