Ada Holding BUMN Farmasi, RI Mau Tekan Impor Obat

Ada Holding BUMN Farmasi, RI Mau Tekan Impor Obat

Soraya Novika - detikFinance
Selasa, 04 Feb 2020 19:30 WIB
ilustrasi obat
Ilustrasi/Foto: thinkstock
Jakarta -

Perusahaan Induk (holding) Farmasi yang terdiri dari Bio Farma sebagai induk holding, bersama PT Kimia Farma Tbk, dan PT Indonesia Farma (Indofarma) Tbk resmi dibentuk per 31 Januari 2020 lalu.

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meresmikan berdirinya holding farmasi tersebut melalui Keputusan Menteri Keuangan (KMK) no 862/KMK.06/2019 soal inbreng saham.

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengungkapkan bahwa prospek industri farmasi sangat besar. Angka pertumbuhannya bisa mencapai dua kali lipat dibandingkan pertumbuhan ekonomi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Industri farmasi ini di dunia ini besarnya US$ 7,6 triliun. Hebatnya lagi pertumbuhan biaya kesehatan negara hampir selalu 2 kali lipat dari pertumbuhan ekonomi negara. Jadi kalau Indonesia pertumbuhan ekonominya 5% maka biaya kesehatan tumbuh 2 kali lipatnya atau 10%. Jadi industri farmasi prospeknya besar sekali," ujar Arya di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (4/2/2020).

Arya mengatakan, dengan adanya sub-hoding farmasi ini maka akan tercipta ketahanan, ketersediaan, keterjangkauan, mutu, dan kesinambungan obat nasional.

ADVERTISEMENT

Selain itu, ini akan membangun industri kesehatan nasional inklusif, mandiri dan efisien. Kehadiran perusahaan farmasi RI ini juga diharapkan dapat menekan impor alat dan bahan baku kesehatan.

"Nah diharapkan nanti dengan sub-holding ini, maka terbangunlah kemandirian obat dan alat kesehatan yang selama ini masih 90% - 94% itu kita masih impor. Sementara Indonesia itu adalah sumber keberagaman untuk keragaman hayati, harusnya kita mengendalikan ini untuk mengurangi impor," katanya.

Arya memaparkan bahwa total impor alat kesehatan Indonesia sejauh ini bisa mencapai US$ 750 juta atau setara Rp 10,50 triliun (kurs Rp 14.000). Sementara impor bahan baku US$ 1,3 miliar atau Rp 18,2 triliun, di mana 60% berasal dari China dan 30% dari India.

Memperkuat peran holding farmasi tersebut, pemerintah akan membentuk kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

"Nanti kita juga akan melakukan kerja sama dengan Perguruan Tinggi, ada 3202 perguruan tinggi di Indonesia dan 85 Fakultas Kedokteran, jadi kita bekerjasama dengan mereka untuk mengurangi ini (impor)," katanya.




(eds/eds)

Hide Ads