Tak Mau Lagi Bergantung ke China, RI Harus Apa?

Tak Mau Lagi Bergantung ke China, RI Harus Apa?

Vadhia Lidyana - detikFinance
Selasa, 11 Feb 2020 13:25 WIB
Seorang pria di Hubei, China, terlihat menggunakan penutup kepala menggunakan plastik saat beraktivitas. Hal itu dilakukan demi mencegah penularan infeksi corona.
Foto: AP Photo
Jakarta - China merupakan negara tujuan ekspor terbesar di Indonesia. Namun, di tengah penyebaran virus corona di negeri Tirai Bambu tersebut, berbagai lembaga analisis memprediksi angka ekspor ke China akan menurun drastis di Januari 2020 ini. Hal itu tentunya akan berdampak langsung pada Indonesia.

Melihat situasi tersebut, apa yang harus dilakukan Indonesia agar tak lagi bergantung pada ekspor komoditas ke China?

Menurut Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kasan, Indonesia punya potensi mengekspor komoditas andalannya ke Vietnam dan Myanmar.

"Ya saya sampaikan tadi China yang terbesar sebagai pasar ekspor maupun sumber impor. Tapi jangan lupa juga negara ASEAN terutama Vietnam dan Myanmar juga besar itu pasar potensial, termasuk juga Asia Selatan," kata Kasan di kantornya, Jakarta, Selasa (11/2/2020).

Sementara itu, pengamat ekonomi dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal menilai RI punya potensi memasarkan kelapa sawit ke Timur Tengah. Melihat China sedang diserang virus corona, lalu Uni Eropa mendiskriminasi kelapa sawit Indonesia, maka Indonesia harus memanfaatkan pasar terbuka di Timur Tengah.

"Yang saya sebutkan tadi Timur Tengah. Kita kan banyak kelapa sawitnya di banned. Timur Tengah nggak melihat ke sana. Jadi lebih gampang masuk. Kita nggak hanya melihat tarif lebih rendah. Uni Eropa dan Amerika tarifnya lebih rendah tapi banyak tantangan di luar itu. Kalau Timur Tengah tarifnya sedikit lebih tinggi, tapi di luar itu tidak banyak dampak berarti. Saya pikir perlu melihat ke arah sana," papar Faisal.

Lalu, Faisal juga menilai Indonesia punya potensi besar memenangkan pasar komoditas kopi di dunia. Hanya saja, ia meminta pemerintah juga fokus menggenjot ekspor komoditas kopi ini.

"Industri agribisnis kita punya potensi tapi belum termanfaatkan dengan baik. Misalnya kopi dan kakao. Tapi yang punya brand negara-negara maju. Kalau itu bisa dimaksimalkan potensinya lebih tinggi dan jadi nomor 2, dan nomor 3-nya sawit," imbuh dia.


(dna/dna)

Hide Ads