Menyelesaikan investasi, kata Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, tidak cukup dengan pendekatan regulasi tetapi juga melakukan pendekatan lapangan. Sebab di lapangan banyak hantu yang justru memainkan berbagai regulasi untuk kepentingan pribadi.
"Regulasinya bagus tapi kalau waktunya tidak kita mainkan, enggak akan selesai itu barang. Problemnya paling besar ini apalagi hantunya hantu berdasi," kata Bahlil kepada tim Blak-blakan detikcom.
Dalam kesempatan sebelumnya, Bahlil menjelaskan maksud dari hantu berdasi tak lain adalah makelar tanah. Ia pun mengaku pernah selama 16 tahun menjadi makelar tanah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Urus Izin Usaha di RI Masih Ruwet! |
Ia paham betul sepak terjang mereka dan bagaimana bernegosiasi agar komitmen investasi tak lantas berhenti sebatas di nota kesepahaman.
Bahlil mencontohkan, kasus investasi Lotte Chemical di Cilegon, Banten yang selama tiga tahun tak kunjung selesai prosesnya di lapangan. Padahal nilai investasinya mencapai US$ 4,2 miliar. Bahkan Vale yang akan berinvestasi di bidang Nikel di Sulawesi Tenggara senilai US$ 2,9 milar selama 4 tahun tak kunjung rampung izinnya.
"Alhamdulillah oleh tim BKPM menyelesaikan dalam waktu tidak lebih dari 2 bulan," kata Bahlil.
Ketua Umum BPP HIPMI, 2015-2019, ini juga meyakinkan bahwa dirinya tak cuma menyelesaikan masalah investasi besar. Pada awal Januari lalu dia ke Jogja untuk menyelesaikan investasi mangkrak senilai Rp 1 miliar lebih.
Usaha pengolahan batu pasir yang dirintis oleh Bambang Susilo, penyandang disabilitas di Dusun Butuh, Desa Bawukan, Kecamatan Kemalang, Klaten, mendapat penolakan dari oknum yang mengaku sebagai warga setempat.
"Saya temui semua Alhamdulillah selesai," kata Bahlil.
Selain mengaku pernah jadi makelar, sebagai mantan ketua umum HIPMI yang kerap keliling daerah, Bahlil mengaku mengenal dan punya hubungan yang baik dengan para kepala daerah.
"Alhamdulillah komunikasi saya dengan mereka itu baik, dan komunikasinya ini persahabatan, kekeluargaan itu jauh lebih cair untuk menyelesaikan masalah daripada komunikasi formal," tuturnya.
(ara/fdl)