Neraca Dagang RI Tekor, Corona Biang Keroknya?

Neraca Dagang RI Tekor, Corona Biang Keroknya?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 18 Feb 2020 11:16 WIB
Setelah beberapa bulan mengalami defisit alias tekor, pada Mei 2019 posisi neraca perdagangan berbalik menjadi surplus.
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Neraca perdagangan Indonesia periode awal 2020 tercatat mengalami defisit US$ 870 juta. Penyebabnya beragam mulai dari harga komoditas sampai dampak dari penyebaran virus Corona.

Tapi apa benar Corona jadi biang keroknya? Berikut berita selengkapnya:

Defisit Awal Tahun

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi ekspor Indonesia pada Januari 2020 sebesar US$ 13,41 miliar. Angka ini turun 7,16% dibandingkan Desember 2019 dan 3,7% secara year on year (yoy).

Sementara realisasi impor di bulan yang sama US$ 14,28 miliar. Angkanya juga turun 4,78% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Artinya, ada defisit US$ 870 juta di neraca dagang Indonesia. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, faktor global menjadi penyebab lesunya ekspor dan impor Indonesia

"Karena ekonomi global tidak stabil, seperti perang dagang, geopolitik di Middle East, fluktuasi harga komoditas dari waktu ke waktu," katanya saat jumpa pers di kantornya, Senin (17/2/2020).

Neraca dagang Indonesia sepanjang 2019 tercatat defisit US$ 3,2 miliar. Angka ini berasal dari ekspor setahun penuh yang sebesar US$ 167,5 miliar dan impornya sebesar US$ 170,72 miliar.


Corona

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto berpendapat, tekornya neraca dagang di bulan Januari ini disebabkan oleh penyebaran virus corona.

"Ini kan ada situasi virus corona ya, kita akan adjust kan. Ya memang ada dampak lah dengan situasi virus ini. Ekspor impor ini kita memang agak sedikit perlambatan," ungkap Agus setelah menghadiri rapat koordinasi kebijakan pangan di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (17/2/2020).

Menurutnya, China sebagai negara pertama yang terjangkit virus corona punya kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia. Sehingga, ketika aktivitas perekonomian di negeri Tirai Bambu itu terganggu, maka dampaknya juga akan terasa di Indonesia.

"Karena ini ekspor kita ada perlambatan karena Tiongkok ini memang sangat berpengaruh sekali terhadap neraca kita juga," papar Agus.

Menurut Agus, mesti neraca dagang di bulan Januari 2020 ini defisit, secara year on year atau dibandingkan dengan Januari 2019 ini masih lebih baik. Perlu diketahui, pada Januari 2019, neraca dagang Indonesia defisit US$ 1,16 miliar.

Ia menuturkan, pemerintah akan melihat lagi situasi penyebaran virus corona hingga 1 bulan ke depan. Hal ini diharapkan dapat mematangkan langkah pemerintah yang harus diambil dalam menangani defisit neraca dagang.

"Nanti kita lihat 1 bulan ke depan ya. Apa yang harus kita ambil langkah yang terbaik. Kita bicara situasinya dulu," pungkas Agus.

3 Tahun Surplus

Menurut Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, untuk memperbaiki neraca perdagangan Indonesia ini memang butuh waktu. Bahkan, pemerintah menargetkan neraca perdagangan akan kembali surplus dalam kurun waktu 3 tahun ke depan.

"Ya kan target 3 tahun," ungkap Airlangga di kantornya, Jakarta, Senin (17/2/2020).

Ia mengatakan, upaya pemerintah dalam memperbaiki neraca perdagangan ini akan terasa dampaknya di jangka panjang, bukan jangka pendek atau pun menengah.

"Ya kan kita masih bekerja jangkanya jangka menengah, bukan jangka pendek ya," jelas Ketua Umum Partai Golkar tersebut.

Sebagai informasi, defisit neraca perdagangan US$ 870 juta itu disebabkan oleh realisasi ekspor Indonesia di Januari 2020 hanya sebesar US$ 13,41 miliar. Sementara, realisasi impor di bulan yang sama US$ 14,28 miliar.

Untuk kinerja ekspor Januari 2020 sendiri turun 7,16% dibandingkan Desember 2019 dan 3,7% secara year on year (yoy). Lalu, untuk kinerja impor Januari 2020 turun 4,78% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Neraca Dagang RI Tekor, Corona Biang Keroknya?

Hide Ads