Imbas virus corona menghantam berbagai sektor, salah satunya pariwisata. Demi menekan dampak corona ke sektor pariwisata, pemerintah akan menawarkan maskapai membuka tambahan frekuensi penerbangan ke beberapa destinasi wisata.
"Ya open slot (menambah frekuensi) lebih banyak untuk tourism," kata Dirjen Perhubungan Udara Novie Riyanto, ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (19/2/2020).
Khususnya, menurut Novie, frekuensi penerbangan menuju destinasi wisata prioritas akan ditambah. Hal ini dilakukan untuk menjaring lebih banyak wisatawan.
"Di mana-mana aja, terutama di lima titik destinasi prioritas. Ya Bali, Jogja, dan lainnya," sebut Novie.
Hingga kini pun Novie menyebut pemerintah sedang mengkaji insentif khusus untuk maskapai. Hal ini masih dibahas di tingkat kabinet
"Lagi dibahas di kabinet," pungkas Novie.
Sebelumnya, Sekretaris Kementerian Koordinator Perekonomian Susiwijono mengatakan dampak virus corona memang paling terasa terjadi pada industri pariwisata. Dia mengatakan dari wisatawan China saja, Indonesia bisa kehilangan Rp 40,7 triliun yang bisa dihasilkan dari 2 jutaan wisatawan dari China.
"Gambaran gampang lalu lintas orang Tiongkok adalah wisman terbesar ke dua 2,07 juta dengan spending rata-rata US$ 1.385 yang lain US$ 1.200. Kalau dikalikan itu bisa hilang Rp 40,7 triliun. Itu cuma Tiongkok saja, negara lain juga pasti akan hati-hati tapi bukan cuma wisman dari Tiongkok saja," kata Susiwijono, dalam sebuah diskusi di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (12/2/2020).
Susi juga mengatakan bahwa industri penerbangan pun bakal terdampak. Susi mengatakan setidaknya ada potensi 2,1 juta seat alias tiket pesawat yang akan hilang.
(hns/hns)