Hal ini dikhawatirkan dapat membuat beras yang ada membusuk seiring waktu sehingga tak dapat digunakan.
Menyiasati hal tersebut, Kementerian Pertanian (Kementan) mengaku telah memberi sejumlah arahan, yang jelas stok beras yang ada harus segera dikeluarkan.
"Kita lagi berusaha agar beras bulog keluar, kalau disimpan lama-lama bisa rusak (busuk)," ujar Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi dalam diskusi bertajuk Ketahanan Pangan Nasional Berkelanjutan Menuju Indonesia Kuat dan Modern 2045 di Menara Kadin Indonesia, Jakarta, Kamis (27/2/2020).
Salah satu usul yang ditawarkan adalah membuka kembali program Beras Sejahtera (Rastra) yang sebelumnya diganti dengan program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
"Kemarin kita usul bagaimana kalau rastra ada lagi yaitu sebanyak 300.000 ton beras itu khusus untuk rastra," tambahnya.
Sebagai informasi, sejak September 2019 lalu, pemerintah resmi menghentikan program Rastra dan menggantikan sepenuhnya dengan BPNT. Dalam program BPNT, penyalur beras juga melibatkan swasta, dan Bulog bukan lagi penyalur beras utama.
Selain membuka kembali program Rastra, usulan lainnya yang dianggap efektif dalam menyerap stok beras adalah dengan mengekspor 100 ton beras renceng ke Arab Saudi.
"Kemudian kita juga merencanakan ekspor beras ke Arab Saudi untuk makannya orang umroh dan haji, itu juga jadi strategi," tutupnya.
(dna/dna)