Cerita Pedagang Gadoin Jahe Merah Demi Tangkal Corona

Cerita Pedagang Gadoin Jahe Merah Demi Tangkal Corona

Anisa Indraini - detikFinance
Senin, 02 Mar 2020 21:15 WIB
Jahe Merah
Foto: shutterstock
Jakarta - Virus corona telah merambah ke Indonesia setelah dua orang Warga Negara Indonesia (WNI) dinyatakan positif corona. Hal itu membuat masyarakat mulai antisipasi, berbagai cara pun dilakukan untuk menangkal virus corona masuk dalam tubuh.

Salah satu obat alami yang disebut dapat menangkal virus corona adalah jahe merah. Kandungan jahe merah dinilai dapat menguatkan sistem imun tubuh sehingga tidak mudah terinfeksi oleh bakteri atau virus, seperti virus corona.

Kabar itu pun sampai ke telinga salah satu pedagang bumbu dapur di Pasar Senen, Jakarta, bernama Parno (50). Ia mengaku belakangan ini rutin mengkonsumsi jahe merah sebagai cemilan.

"Saya sendiri makan (jahe merah) untuk mencegah corona. Saya gadoin saja, saya gigitin. Kalau mau lebih enak pakai garam, ya namanya obat memang nggak ada yang enak," katanya kepada detikcom saat ditemui di Pasar Senen, Jakarta, Senin (2/3/2020).

Parno bercerita, mengkonsumsi jahe merah selama tiga hari sekali. Yaitu pagi, siang, dan sore. Rutinitas ini sudah dilakukan selama seminggu belakangan.

"Sudah seminggu (cemilin jahe merah). Kalau saya lagi iseng saja, jadi cemilin. Sampai 3 jahe lah sehari," bebernya.

Parno rupanya percaya betul bahwa jahe merah dapat mencegah virus corona. Hal itu setelah dirinya mendapatkan berbagai informasi di internet.

"Percaya saya (jahe merah dapat mencegah virus corona). Sekarang juga banyak yang nyari jahe merah. Mungkin orang juga pada percaya," sebutnya.

Merebaknya virus corona tidak hanya membuat jahe merah banyak diserbu, tetapi juga membuat harga bawang bombai melonjak drastis. Bayangkan saja, dari yang biasanya bawang bombai dijual Rp 20.000/kg, hari ini bawang bombai dijual seharga Rp 140.000/kg.

Menurut pedagang bawang bombai di Pasar Senen, Rossa (38), meningkatnya harga bawang bombai akibat kiriman bahan baku ini dilarang dari luar negeri. Sehingga menyebabkan barang langka dan menjadi mahal.

"Biasanya Rp 20.000, sekarang Rp 140.000. Gara-gara corona itu barang dari luar nggak masuk, jadi langka," katanya.

Rossa menjelaskan, kenaikan harga ini merupakan kenaikan tertinggi yang pernah terjadi.

"Sejak corona. Sebelumnya belum pernah mengalami kenaikan sebesar ini. Paling mahal Rp 30.000," sebutnya.

Tentunya kenaikan itu tidak melonjak begitu saja, namun terjadi secara perlahan. Mulai dari Rp 30.000/kg, Rp 70.000/kg, hingga hari ini Rp 140.000/kg.

"4 Februari itu masih Rp 30.000/kg, 10 Februari masih Rp 37.000/kg, sempet Rp 70.000/kg, Rp 90.000/kg, hari ini Rp 140.000/kg," sebutnya.


(dna/dna)

Hide Ads