Saran ke Pemerintah Agar Ekonomi RI Tahan Gempuran Corona

Saran ke Pemerintah Agar Ekonomi RI Tahan Gempuran Corona

Hendra Kusuma - detikFinance
Sabtu, 07 Mar 2020 23:10 WIB
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi pertumbuhan ekonomi secara kumulatif atau sampai September 2018 sebesar 5,17%.
Sandiaga Uno/Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Sandiaga Uno memberi saran kepada pemerintah agar ekonomi Indonesia kuat dari serangan corona (covid-19). Salah satunya merekstrukturisasi kredit debitur yang usahanya terdampak virus corona.

"Jadi perbankan bisa lakukan melalui guidance OJK untuk melakukan rescheduling daripada membayar cicilan pokok dan pengurangan cicilan bunga," kata Sandiaga usai acara Populi Center dan Smart FM Network di The MAJ Senayan, Jakarta Selatan, Sabtu (7/3/2020).

Corona sudah berdampak pada sektor pariwisata, transportasi, dan manufaktur. Untuk sektor pariwisata dan transportasi terlihat dari banyak kegiatan kunjungan antar negara yang terhenti. Sedangkan sektor manufaktur banyak produsen di China menghentikan kegiatan produksi lantaran ada larangan ke luar rumah.

Dengan begitu kebutuhan bahan baku manufaktur di beberapa negara menjadi menipis sehingga akan berdampak pada operasi perusahaan yang selama ini impor bahan baku dari China. Sebelumnya pemerintah akan merilis insentif untuk menangkal imbas corona ke ekonomi. Total anggaran untuk insentif ini mencapai Rp 10,3 triliun

Insentif itu berupa tambahan manfaat kartu sembako, diskon liburan, insentif maskapai dan agen perjalanan, insentif bebas pajak hotel dan restoran serta kompensasinya ke pemerintah daerah (Pemda), hingga tambahan subsidi bunga dan uang muka (DP) rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Sementara itu dari sisi moneter Bank Indonesia (BI) sudah menurunkan suku bunga, rasio giro wajib minimum (GWM) valuta asing dari 8% menjadi 4%. Dari sisi OJK, melonggarkan perhitungan kolektabilitas kredit di perbankan.


Namun mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini menilai insentif tersebut belum cukup membuat ekonomi Indonesia tahan melawan gempuran corona. Menurut dia diperlukan juga kebijakan-kebijakan cepat tanggap dari pemerintah.

Dia mencontohkan seperti pemerintah Hong Kong yang berani memberikan subsidi kepada rakyatnya lantaran aksi demo tidak kunjung usai. Di saat demo, banyak kegiatan ekonomi yang terganggu dan menyebabkan penghasilan masyarakatnya pun terganggu.

Menurut Sandiaga corona juga bisa membuat daya beli masyarkat menurun. Pemicunya pelaku industri melakukan efisiensi melalui PHK.

Oleh karena itu, dirinya juga menyarankan agar pemerintah bisa meningkatkan jumlah bantuan sosial (bansos) bagi masyarakat yang terdampak. lalu untuk sektor pangan dirinya menyarankan pemerintah memudahkan proses impor, salah satunya menggantikan skema kuota menjadi tarif bagi kegiatan impor pangan, salah satunya bawang putih.

"Tadi saya tawarkan policy opsi yang menarik itu BLT, itu dilakukan oleh pemerintah Hong Kong kemarin, relaksasi dari perizinan mulai izin impor mengganti kuota menjadi tarif, kita bisa lakukan satu kebijakan yang menstimulus dalam keadaan seperti ini. Kalau dunia usaha bisa kencangkan ikat pinggang, kalau pemerintah harus beri kelonggaran," jelasnya.

Sandiaga juga menilai saat ini waktu yang tepat untuk beli saham. Apa alasannya? Klik halaman selanjutnya

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Sandiaga Uno menilai saat ini merupakan waktu yang tepat untuk membeli saham. Pasalnya, belakangan ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurun karena terdampak penyebaran virua corona.

Hal itu diungkapkannya usai menghadiri acara Populi Center dan Smart FM Network di The MAJ Senayan, Jakarta Selatan. Dia menilai pembelian saham juha harus dilakukan secara selektif, tentunya bagi saham-saham yang tidak terimbas corona dalam jangka panjang.

"Pasar sudah hampir terkoreksi 20%. Sekarang 5.500 dari 6.000-an. Berarti ini adalah kesempatan selektif buying buat investor jangka panjang," kata Sandiaga, Jakarta, Sabtu (7/3/2020).

Dia pun memberikan beberapa kriteria saham yang patut dibeli.

"Pilih komoditas-komoditas yang unggulan, pilih emiten yang punya GCG yang baik, ini saatnya kita mengakumulasi beli," ujarnya.


Menurut sandi, pelemahan IHSG akan sampai pada titik keseimbangan baru. Dengan begitu, maka ada potensi kenaikan kembali dan hal itu perlu disikapi positif oleh para investor.

"Ini kita sebut sebagai J curve. Efek J curve, pelaku pasar harus bisa menyikapi dengan sangat rasional. Karena kita sudah tahu, bahwa secara fundamental ekonomi kita tidak terlalu berubah, hanya ada distrubsi supply dan penurunan permintaan masyarakat," ungkap dia.


Hide Ads