Mengacu pada data BPS kenaikan nilai ekspor masker signifikan ke China, yaitu dari US$ 496 pada akhir 2019 menjadi US$ 26,43 juta per Februari 2020. Selain itu berita terpopuler lainnya adalah Malaysia sudah menerapkan lockdown demi mencegah penyebaran corona.
Pertanyaannya, perlukah Indonesia meniru negara tetangga dekat tersebut? Pengin tahu jawabannya? Baca 5 berita terpopuler detikFinance berikut ini.
Masker Diekspor ke China
Foto: Soraya Nofika
|
Berdasarkan data BPS yang diterima detikcom, Jakarta, Selasa (17/3/2020), kenaikan nilai ekspor produk berkode HS 63079040 ini secara total naik 504.534%. Angka itu didapat dari total ekspor US$ 14.996 di tahun 2019 menjadi US$ 75,67 juta di dua bulan awal 2020.
Kenaikan ekspor paling signifikan terjadi ke China, di mana pada akhir tahun lalu hanya senilai US$ 496 menjadi US$ 26,43 juta atau meningkat 5,3 juta persen per Februari 2020.
Jika dirinci, ekspor masker Indonesia ke China pada tercatat US$ 826,14 ribu di Januari dan US$ 25,60 juta di Februari 2020.
Baca selengkapnya di sini: Pantas Sulit Dicari, Masker RI Malah Diekspor Gede-gedean ke China
Perlukah Indonesia Lockdown?
Foto: Agung Pambudhy
|
Lalu, apakah Indonesia perlu mengikuti jejak Malaysia tersebut?
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan secara tidak langsung Indonesia terutama Jakarta sudah menerapkan semi lockdown. Mengingat sejumlah pekerjaan dan kegiatan belajar dilakukan dari rumah.
"Sebenarnya sekarang sudah lockdown di jalanan kan sudah menyepi, lalu lintas setengahnya lah dari biasanya. PNS, sekolah juga sudah diliburkan, tempat wisata ditutup jadi sudah semi lockdown," kata David kepada detikcom, Selasa (17/3/2020).
Menurutnya, kebijakan melakukan semi lockdown cukup sebagai antisipasi penyebaran virus corona sampai melihat perkembangan yang terjadi. Dengan begitu bisa menjaga ketersediaan rumah sakit agar tercukupi.
"Menurut saya semi lockdown sudah cukup bagus menghindari penyebaran (virus corona) sehingga infrastruktur rumah sakit kita sanggup menangani," terangnya.
Baca selengkapnya di sini: Perlukah RI Lockdown Seperti Malaysia?
Satu Pegawai BNI Positif Corona
Foto: BNI
|
"Bahwa dengan berat hati BNI perlu menyampaikan bahwa salah satu pegawai BNI telah dinyatakan positif COVID-19. Saat ini, yang bersangkutan dalam kondisi stabil," kata dia dalam siaran pers, ditulis Selasa (17/3/2020).
Dia menjelaskan dalam kesehariannya, pegawai tersebut bertugas di unit yang tidak berhubungan langsung masyarakat. "Sehingga potensi penularan kepada masyarakat dapat diminimalisir," imbuh dia,
Baca selengkapnya di sini: Satu Pegawai BNI Positif Corona
Dampak Ngeri Jika Indonesia Lockdown
Foto: Agung Pambudhy
|
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menyebut jika terjadi lockdown di Indonesia dampaknya jauh lebih besar dibandingkan negara-negara lain. Mengingat jumlah tenaga kerja Indonesia lebih banyak di sektor informal.
"Lockdown itu untuk Indonesia dampak negatifnya jauh lebih besar dari negara lain karena banyak yang di sektor informal. Pedagang bakso nggak bisa jualan bakso. Berapa ribu masyarakat kita yang jualan bakso, yang jualan ketoprak, yang jualan pecel, yang jualan siomay, yang buka warung. Mereka akan kehilangan income. Berapa lama mereka bisa bertahan," ujar Piter kepada detikcom, Selasa (17/3/2020).
Baca selengkapnya di sini: Amit-amit! Ini Dampaknya Jika RI Sampai Lockdown
Belanja di Pasar Juga Dibatasi
Foto: Muhammad Damar Wicaksono
|
"Adanya himbauan dari pemerintah melalui Mabes POLRI perihal pengawasan ketersediaan Bapokting dan bahan pokok lainnya dalam menjamin kelancaran pendistribusian di masyarakat. Berdasarkan perihal tersebut kami meminta kepada pengurus seluruh anggota pedagang pasar untuk melakukan pembatasan setiap transaksi pembelian pribadi," bunyi surat nomor 003/E/DPP-APPSI/III/2020 perihal himbauan pengawasan ketersediaan Bapokting yang dikutip detikcom, Selasa (17/3/2020).
Baca selengkapnya di sini: Ingat! Belanja Sembako di Pasar Juga Dibatasi
Halaman 2 dari 6