Mal Sepi Gegara Corona, Toko-toko Terancam Gulung Tikar!

Mal Sepi Gegara Corona, Toko-toko Terancam Gulung Tikar!

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 19 Mar 2020 10:35 WIB
Suasana pusat perbelanjaan yang tampak sepi di tengah mewabahnya virus corona. Seperti terlihat di salah satu mal di Bekasi, Rabu (18/3/2020).
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Pengusaha penyewa toko atau tenant di mal mengaku merugi karena wabah virus corona di Indonesia. Pasalnya, aktivitas publik mulai dibatasi dalam rangka mencegah penyebaran virus yang telah menjadi pandemi itu.

Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan bahwa kini umur toko di mal kemungkinan hanya tersisa dua bulan lagi.

"Di situasi kayak gini, paling tahan posisi kami ini paling dua bulan lagi. Kalau sampai tidak ada bantuan, sudah tidak kuat kami," ungkap Budihardjo kepada detikcom, Rabu (18/3/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, dalam dua bulan ke depan kalau kondisi masih seperti ini, apalagi tanpa ada bantuan apapun dari pemerintah, bisa saja toko-toko di mal akan tutup. Pasalnya, toko buka pun tidak ada pemasukan yang cukup untuk bertahan hidup.

"Sampai sekarang memang kami tegaskan dari tenant belum ada PHK, tapi kalau begini bukan PHK lagi tapi tutup bisa-bisa. Dua bulan lagi kita bisa aja tutup toko. Habis mau gimana, perusahaan buka juga nggak ada omzet nggak ada yang beli. Ya repot kita," tegas Budihardjo.

ADVERTISEMENT

Dia mengaku toko-toko di mal mengalami penurunan pengunjung dan pendapatan yang sangat besar. Utamanya, mal-mal di DKI Jakarta. Pasalnya, jumlah kasus penularan virus corona cukup tinggi di ibu kota.

"Iya yang di DKI (Jakarta) terutama, memang mengalami penurunan sangat besar. Baik penurunan pengunjung dan pendapatan," ungkap Budihardjo.

Dia bilang rata-rata omzet harian toko di mall turun drastis hingga 50%. Bahkan, dia mendapatkan laporan dari anggotanya ada salon di salah satu mall besar di Jakarta mengalami penurunan pendapatan hingga 80%. Salon itu hanya mendapatkan satu pengunjung selama sehari penuh.

"Omzet aja ya bisa turun 50%, bahkan salon itu cuma 80%. Ada yang cuma sehari cuma satu orang potong rambut di salah satu mal yang besar," kata Budihardjo.

Dia bercerita saat ini, toko-toko yang berada pada mal di Jakarta menyumbang 50% pendapatan perusahaan. Dia menyebut saat ini pihaknya menggantungkan pendapatan dari cabang-cabang toko di daerah.

"Masalahnya lagi DKI ini toko-toko itu 50% omzet, 50% itu bermasalah. Yang menolong kami ini luar kota, nah yang kita takutkan kalau di luar daerah tahu-tahu kayak di Jakarta juga," kata Budihardjo.

Budihardjo berharap pemerintah memberikan insentif pajak kepada pihaknya. Dia juga meminta pemerintah mendorong perbankan meringankan bunga pinjaman.

"Ya kalau ke pemerintah ya kami jelas minta keringanan pajak atau penghapusan pajak perusahaan. Termasuk apa bunga bank bisa dibantu," ungkap Budihardjo.

Dia juga mendorong agar pemerintah bisa memberikan bantuan dan insentif untuk pengurus mal. Sehingga pengurus mal bisa ikut meringankan beban para tenant.

"Kami juga minta ke pemerintah kasih bantuan ke mal sehingga mal bisa ikut bantu ke kami juga. Dengan caranya apa itu urusan pemerintah dan mal. Harapan kami jelas mall juga bisa ikut membantu tenant," jelas Budihardjo.

Pihaknya pun sudah berkirim surat kepada pengurus mal. Mereka meminta agar pengurus ikut membantu meringankan beban toko-toko yang sepi pengunjung.

"Kami sudah minta bantuan ke pihak mal, kami sudah berkirim surat, kami minta jelaskan posisi kami dalam kondisi seperti ini. Apakah ada yang bisa dibantu pihak mal kepada kondisi berat kami ini," kata Budihardjo.

Pihak pengurus mal sendiri menurutnya bisa membantu pihaknya untuk memberikan keringanan biaya sewa dan pelayanan. Setidaknya hal itu bisa dilakukan untuk tiga hingga enam bulan ke depan.

"Pihak mal bisa bantu kami dengan memangkas biaya sewa biaya dan biaya pelayanan. Paling tidak untuk 3 sampai 6 bulan ke depan lah," kata Budihardjo.

Budihardjo mengaku memang sampai saat ini sektor ritel masih kurang perhatian dari pemerintah di tengah kerugian yang terjadi karena pandemi virus corona.

"Sektor ritel ini belum dapat perhatian sama sekali dari pemerintah, sektor pariwisata aja sudah. Ritel belum," ungkap Budihardjo.

Menurutnya toko-toko di mal banyak yang juga jadi peritel. Dia menjelaskan, sektor ritel saat ini butuh perhatian karena banyak mempekerjakan pegawai. Dia juga menilai bisnis ritel juga banyak yang berada di garis depan untuk menyiapkan kebutuhan masyarakat.

"Kami ini sektor hilir, distribusi, yang mempekerjakan banyak tenaga kerja. Banyak yang usaha kami jadi frontliner yang tidak bisa untuk tidak melayani masyarakat," ungkap Budihardjo.

"Maka kami mau kami ini tetap diperhatikan juga," tegasnya.

Mal Sepi Gegara Corona, Toko-toko Terancam Gulung Tikar!

Hide Ads