Pengusaha Warteg Buka Suara soal Heboh Kabar Tegal Lockdown

Pengusaha Warteg Buka Suara soal Heboh Kabar Tegal Lockdown

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Sabtu, 28 Mar 2020 09:00 WIB
Warteg
Ilustrasi Rumah Makan Warteg.
Jakarta -

Pemerintah Kota Tegal mengambil kebijakan lockdown selama empat bulan untuk mencegah penyebaran virus corona. Kebijakan yang kemudian disebut Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan istilah 'isolasi kampung' ini membuat pengusaha warung Tegal (warteg) kebingungan.

Ketua Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni menerangkan, kebijakan yang diterapkan Pemerintah Kota Tegal cenderung mendadak. Kemudian, sepengetahuan Mukroni yang boleh menyatakan lockdown ialah Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Ini mendadak ya dari Wali Kota Tegal memberlakukan apa itu lockdown. Saya secara pribadi masih bingung karena Pak Presiden sendiri, yang berkuasa, yang punya wewenang untuk melakukan lockdown RI 1. Makanya saya mencari tahu yang dimaksud lockdown wali kota itu lockdown yang mana," ujarnya kepada detikcom, Jumat kemarin (27/3/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selanjutnya, dia menuturkan, jika penyebarannya terus parah maka dirinya akan mengimbau pedagang warteg agar tidak mudik dulu. Kemungkinan, pihaknya akan mengumumkan imbauan tersebut pekan ini.

"Saya pribadi dan atas nama Kowantara juga kemungkinan nanti, sebentar lagi, mungkin minggu ini akan memberikan statmen ini untuk, mengimbau temen-temen di komunitas warteg nusantara untuk sementara mudiknya ditunda," katanya.

ADVERTISEMENT

"Tahun ini ibaratnya nggak usaha pulang dulu lah untuk menghindari penyebaran virus corona atau Covid-19 secara meluas. Itu imbauan kami," sambungnya.

Namun begitu, ia juga meminta pemerintah untuk mengantipasi dampak dari corona ini. Sebab, saat ini saja omzet mereka telah turun gara-gara corona.

Menurutnya, jika pemerintah tak memberikan bantuan maka para pedagang ini akan tetap kembali ke Tegal walaupun telah mendapat imbauan.

"Mereka di Jakarta kalau nggak ada sesuatu dapat income ibaratnya nganggur, bagaimanapun mereka akan pulang, karena biaya di Jakarta mahal. Kalau dia pulang kan biaya lebih murah, cuma masalahnya buah simalakama, kalau nggak ibunya meninggal, bapaknya meninggal," terangnya.

Seberapa Besar Efek Corona ke Bisnis Warteg?

Mukroni mengatakan, virus memberi dampak besar ke usaha warteg. Dia menyebut, omzet pedagang turun sampai 50%. "Drastis, hampir 50%," katanya.

Mukroni menjelaskan, rata-rata warteg kecil memperoleh omzet sekitar Rp 500 ribu per harinya. Sementara, untuk warteg besar bisa memperoleh omzet sampai Rp 2 juta per hari.

"Sehari bisa Rp 500 ribu kalau kecil, paling Rp 1 juta per hari, (turun) Rp 100-200 ribu lumayan. Kalau yang besar malah tambah payah yang biasanya Rp 2 juta drop 50% kan nggak bisa nutupin lagi," terangnya.

Lebih lanjut, untuk meredam para pengusaha warteg kembali ke kampung halaman tak cukup hanya imbauan. Apalagi, kata dia, omzet para pedagang di Jakarta anjlok tajam terdampak virus corona.

Mukroni berharap, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang mampu menahan pedagang warteg kembali ke kampung halaman.

"Makanya saya menunggu pemerintah untuk memberikan kebijakan, seandainya teman-teman warung di Jakarta nggak pulang. Dalam kondisi pendapatan menurun, hampir tidak ada, kompensasinya apa?" ujarnya.

Dia berharap, ada kompensasi untuk pengusaha warteg yang tidak mudik. Dia mencontohkan seperti pembebasan pembayaran listrik.

"Kalau nggak dikasih kompensasi bisa aja pulang, artinya gimana lagi, Jakarta kaya begini, akhirnya akan pulang ke sana. Kalau ada kompensasi misalnya kalau yang nggak pulang ke Tegal setiap bulan kontrakannya listriknya nggak bayar, makannya ditanggung pemerintah, itu mungkin menarik juga. Kalau saya sekadar mengimbau, kalau nggak ada solusinya juga, susah," paparnya.



Simak Video "Video: Warteg Modern Langganan Anak 'Kalcer'"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads