Mukroni mengatakan, virus memberi dampak besar ke usaha warteg. Dia menyebut, omzet pedagang turun sampai 50%. "Drastis, hampir 50%," katanya.
Mukroni menjelaskan, rata-rata warteg kecil memperoleh omzet sekitar Rp 500 ribu per harinya. Sementara, untuk warteg besar bisa memperoleh omzet sampai Rp 2 juta per hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sehari bisa Rp 500 ribu kalau kecil, paling Rp 1 juta per hari, (turun) Rp 100-200 ribu lumayan. Kalau yang besar malah tambah payah yang biasanya Rp 2 juta drop 50% kan nggak bisa nutupin lagi," terangnya.
Lebih lanjut, untuk meredam para pengusaha warteg kembali ke kampung halaman tak cukup hanya imbauan. Apalagi, kata dia, omzet para pedagang di Jakarta anjlok tajam terdampak virus corona.
Mukroni berharap, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang mampu menahan pedagang warteg kembali ke kampung halaman.
"Makanya saya menunggu pemerintah untuk memberikan kebijakan, seandainya teman-teman warung di Jakarta nggak pulang. Dalam kondisi pendapatan menurun, hampir tidak ada, kompensasinya apa?" ujarnya.
Dia berharap, ada kompensasi untuk pengusaha warteg yang tidak mudik. Dia mencontohkan seperti pembebasan pembayaran listrik.
"Kalau nggak dikasih kompensasi bisa aja pulang, artinya gimana lagi, Jakarta kaya begini, akhirnya akan pulang ke sana. Kalau ada kompensasi misalnya kalau yang nggak pulang ke Tegal setiap bulan kontrakannya listriknya nggak bayar, makannya ditanggung pemerintah, itu mungkin menarik juga. Kalau saya sekadar mengimbau, kalau nggak ada solusinya juga, susah," paparnya.
Simak Video "Video: Warteg Modern Langganan Anak 'Kalcer'"
[Gambas:Video 20detik]
(acd/fdl)