Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) melanda sejumlah negara akibat penyebaran virus corona. Termasuk negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat (AS).
Gara-gara corona pengangguran disebut terus bertambah akibat kondisi ekonomi yang terus memburuk.
Pada Maret tercatat 701.000 pekerja AS yang di-PHK karena penyebaran wabah corona yang terus meluas. Ini karena banyak pabrik dan bisnis berguguran.
Berdasarkan laporan Departemen Tenaga Kerja AS disebutkan ekonomi AS memang terguncang akibat penyebaran virus tersebut.
Pemerintah melakukan survei bisnis dan rumah tangga sebelum dilakukan karantina wilayah yang menyebabkan jutaan orang kehilangan pekerjaan.
Komisioner Biro Statistik Tenaga Kerja, William Beach mengungkapkan memang proses pengumpulan data untuk laporan ketenagakerjaan juga terdampak oleh virus corona.
"Namun kami masih bisa melakukan survei dengan akurat dan andal," kata Beach dikutip dari Reuters, Sabtu (4/4/2020).
Dia mengungkapkan, dari data tersebut juga muncul penurunan pendapatan yang paling signifikan sejak 2009 lalu. Hal ini berasal dari industri hotel dan hiburan, makanan sampai minuman.
Penurunan pendapatan juga terjadi dalam segmen kesehatan, perdagangan ritel hingga konstruksi.
Dia menyebut, pada April ini penurunan masih akan terjadi diprediksi hingga 20 juta orang dari pekerjaan yang berbeda.
Kepala ekonomi Naroff Economics Joel Naroff mengungkapkan saat ini yang terlihat hanya gunung es. Di bawahnya justru banyak masalah yang tak terlihat.
Penyebaran covid 19 memang membuat ekonomi AS morat-marit. Tercermin dari merosotnya saham Wall Street, penguatan dolar AS. Hal ini disebut karena penanganan pemerintahan Trump terhadap kesehatan masyarakat dinilai tak serius pada fase awal.
Padahal sebelumnya, Federal Reserve telah melakukan tindakan untuk membantu perusahaan-perusahaan dalam menangani virus.
Saat ini AS memiliki jumlah kasus Covid-19 yang tertinggi dengan lebih dari 243.000 orang terinfeksi dan 6.000 orang yang meninggal.
Simak Video "Video: RI Dihantam Badai PHK, Jumlah Pengangguran Naik Jadi 7,28 Juta Orang"
[Gambas:Video 20detik]