THR Tersendat, Ekonomi Bisa Makin Nyungsep?

THR Tersendat, Ekonomi Bisa Makin Nyungsep?

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Minggu, 05 Apr 2020 21:00 WIB
Ilustrasi THR
Ilustrasi/Foto: Muhammad Ridho
Jakarta -

Pengusaha mengungkapkan sejumlah bisnis terpukul karena virus corona. Hal ini membuat sebagian perusahaan kesulitan membayarkan tunjangan hari raya (THR).

Lantas, apa dampaknya ke ekonomi jika THR tak diberikan?

Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad mengungkapkan, THR berimplikasi pada perputaran uang di masyarakat. Dia mengatakan, jika THR tidak diberikan maka konsumsi akan semakin melambat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, tingkat konsumsi dalam kondisi normal sekitar 5%. Kemudian, saat Ramadan dan Lebaran tingkat konsumsi bisa mencapai 6-7%.

Tidak adanya THR dan dampak virus corona akan membuat konsumsi semakin lambat. Hal itu bakal tercermin dalam pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II tahun ini.

ADVERTISEMENT

"Memang implikasi besarnya secara ekonomi kalau ini tidak dibayar ya putaran uang atau konsumsi masyarakat di tengah-tengah situasi sekarang pasti agak melambat, dan akan jelas pada saat Lebaran atau puasa katakan putaran uang pasti lebih kecil," katanya kepada detikcom, Minggu (5/4/2020)

"Dan konsumsi musim Lebaran yang lebih tinggi di atas rata-rata biasanya kalau normal katakan 5%, di saat Lebaran ya biasa 6-7%, mungkin akan jauh lebih turun dibandingkan pertumbuhan ekonomi terutama di triwulan II pasti akan lebih rendah, pengaruh," sambungnya.

Meski demikian, dia menuturkan, kalaupun dibayar konsumsi juga pasti melambat. Dia juga mengatakan, THR karyawan tak langsung berdampak konsumsi.

Dia menerangkan, pekerja formal jumlah sekitar 40% angkatan kerja. Dari 40% itu, sekitar 60% patuh pada ketentuan kewajiban upah dengan begitu asumsinya 60% ini juga patuh membayar THR. Dengan begitu, dongkrakan THR pekerja formal ini tidak terlalu besar.

Di sisi lain, dengan kondisi saat ini, maka banyak orang juga akan mengerem belanja.

"Kedua memang yang lain memang orang lagi mengerem belanja, spending begini situasi rumah tangga dengan pendapatan berkurang, mereka nggak akan berani konsumsi besar-besaran" tutupnya.




(acd/eds)

Hide Ads