Peternak ayam pedaging di Klaten menjual hasil panenan dengan diobral dan dijual dari pintu ke pintu. Hal itu dilakukan peternak sebab tidak ada pedagang yang datang membeli hasil ternak mereka.
"Ya bagaimana, lagi sulit. Akhirnya ayam disembelih sendiri, dibersihkan dan dijual door to door," ungkap Nasrul Edi Saputro, ketua paguyuban kelompok ternak KSU Usaha Mandiri Klaten pada detikcom, Selasa (7/4/2020).
Nasrul mengatakan peternak terpaksa mengambil jalan pintas sebab pedagang daging ayam yang biasanya rutin membeli tidak datang. Ayam yang sudah siap edar tertahan di kandang sehingga beban berat di biaya pakan yang terus naik sampai Rp 400.000 per zak.
" Bakul- bakul (pedagang) tidak punya lubang sebab warung dan restoran banyak yang tutup serta hajatan tidak ada. Padahal cost pakan terus berjalan," lanjut Nasrul
Menurut Nasrul harga daging ayam yang ideal membuat impas (BEP) peternak adalah Rp 22.000 per kilogram. Tapi gara-gara terdampak persoalan corona anjlok menjadi Rp 11.000-Rp 10.000 per kilogram.
" Untuk BEP saja mestinya Rp 22.000, kalau hanya lalu Rp 11.000 per kilogram jelas sudah rugi setengahnya sehingga jika terus begini bisa gulung tikar," jelas Nasrul.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 12 Juta Pegawai Peternakan Ayam Terancam PHK |
Saat ini jumlah peternak ayam pedaging, terang Nasrul, terus berkurang. Sebab imbas corona sebenarnya sudah sejak sebulan lalu.
" Dulu ada 30 peternak, kini tinggal belasan. Kalau tidak membaik jelas sulit untuk bangkit kecuali yang punya modal besar," sambung Nasrul.
Simak Video "Video: Mantan Chef Hotel Jualan Mie Ayam Rp 16.000an"
[Gambas:Video 20detik]